Artikel

MASJID SEBAGAI PUSAT PERADABAN ISLAM

Oleh: ustadz Nofa Miftahudin, S.Th.I | Qoid Sariyah Dakwah Jamaah Ansharu Syariah Malang

Masjid merupakan tempat ibadah kaum muslimin. Tempat yang mulia dan dimuliakan Allah Ta’ala. Masjid adalah tempat yang dicintai oleh Allah Ta’ala.

dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَحَبُّ البِلادِ إلَى اللهِ مَسَاجِدُهَا ، وَأبْغَضُ البِلاَدِ إلَى اللهِ أسْوَاقُهَا

Artinya: Tempat yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah masjid-masjidnya; dan tempat yang paling Allah Ta’ala benci adalah pasar-pasarnya.(HR. Muslim)

Imam Nawawi rahimahullah berkata,

”Tempat-tempat yang paling Allah Ta’ala cintai dari sebuah negeri adalah masjid-masjidnya” karena masjid merupakan tempat-tempat ketaatan, terbangun atas dasar takwa. Sementara tempat yang paling Allah Ta’ala benci dari suatu negeri adalah pasar-pasarnya. Karena pasar seringkali menjadi tempat perbuatan menipu, riba, sumpah-sumpah dusta, melanggar janji, berpaling dari dzikrullâh dan tindakan-tindakan lain yang semakna.[Syarh An-Nawawi Ala ShahîU Muslim 5/177]

Imam Qurthubi rahimahullah berkata, “Tempat yang paling Allah Ta’ala cintai dari sebuah negeri adalah masjid-masjidnya” artinya rumah-rumah atau wilayah yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala (adalah masjid-masjid).

Karena tempat-tempat itu terkhususkan untuk melakukan berbagai ibadah, dzikir, tempat kaum Mukminin berkumpul, tempat syiar-syiar agama Allah Ta’ala terlihat jelas, dan tempat yang dihadiri para Malaikat.

Sebaliknya, pasar menjadi tempat yang paling dibenci Allah Ta’ala, karena pasar dijadikan khusus untuk mencari dunia, berbagai ambisi para hamba dan berpaling dari dzikrullâh. Juga karena ia menjadi tempat sumpah-sumpah yang membawa dosa.

Di sanalah terjadi pergumulan setan; dan di sana pula ia menancapkan panjinya.”[Al-Mufhim Limâ Asykala min Talkhîsh Shahîh Muslim 2/294]

Kemuliaan Masjid ini bukan tanpa sebab. Kemuliaan masjid itu dikarenakan fungsinya yang begitu luar biasa. Selain difungsikan untuk shalat dan kajian, masjid juga diperuntukkan untuk pusat peradaban ummat islam.

Sebagai contoh tentang kebijakan Nabi Muhammad Rasulullah, ketika untuk pertama kali membangun masjid sebagai tempat ibadah, serta difungsikan sebagai sarana penguat rasa persaudaraan sesama ummat Islam, dan mendalami ajaran Islam baik dalam segi Ibadah maupun mualamah.

Kemudian, Nabi Muhammad Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam pun telah mencontohkan multifungsi masjid dalam membina dan mengurusi seluruh kepentingan ummat, baik di bidang ekonomi, politik, sosial, pendidikan, militer, dan lain sebagainya.

Fakta sejarah pun telah mencatat, kalau masjid Nabawi difungsikan sebagai (1) pusat ibadah, (2) pusat pendidikan dan pengajaran, (3) pusat penyelesaian problematika umat dalam aspek hukum (peradilan) (4). pusat pemberdayaan ekonomi umat melalui Baitul Mal atan badan amil zakat. (5) pusat informasi Islam, (6) Bahkan pernah sebagai pusat pelatihan militer dan urusan-urusan pemerintahan Rasulullah. Masih banyak fungsi masjid yang lain.

Singkatnya, pada zaman Rasulullah, masjid telah dijadikan sebagai pusat peradaban Islam.

Belum hilang dari ingatan kita bahwa ada kabar telah tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402 beserta awak kapal sejumlah 53 orang. Setelah kejadian itu Allah Ta’ala mengingatkan kembali kepada Kaum Muslimin tentang mengembalikan fungsi Masjid dengan peristiwa Masjid Jogokariyan Yogyakarta mengajak masyarakat membeli kapal selam pengganti KRI Nanggala 402.

Dana yang terkumpul di rekening Masjid Jogokariyan saat ini tembus Rp 1 miliar selama tiga hari. Ini cermin kepedulian kaum muslimin terhadap negaranya.

Bila masjid adalah tempat yang mulia, maka orang yang memakmurkan masjid adalah orang yang mulia. Memakmurkan masjid sebagai bentuk bukti keimanan seseorang. Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ

“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir,” (At-Taubah[9] :18)

Salah satu bentuk mewujudkan fungsi Masjid sebagai Pusat Peradaban Islam adalah mengkader generasi untuk datang ke Masjid sejak dini. Menanamkan pada diri anak untuk cinta masjid dari kecil. Memang membutuhkan perjuangan yang luar biasa yaitu sinergi antar orang tua, si anak dan ta’mir masjid serta jama’ah masjid tersebut.

Menjadikan masjid adalah tempat yang menyenangkan bagi anak. Bukan malah sebaliknya yaitu masjid adalah tempat yang menakutkan bagi anak-anak karena sikap yang kurang bijaksana dalam menyikapi anak yang kurang disiplin ketika di masjid.

Rasulullah Shallallahu alihi wasalam pernah mencontohkan menggendong cucunya saat mengimami sholat berjama’ah para sahabatnya.

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَؤُمُّ النَّاسَ وَأُمَامَةُ بِنْتُ أَبِي الْعَاصِ وَهِيَ ابْنَةُ زَيْنَبَ بِنْتِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى عَاتِقِهِ فَإِذَا رَكَعَ وَضَعَهَا وَإِذَا رَفَعَ مِنْ السُّجُودِ أَعَادَهَا

Dari Abu Qatadah al-Anshari radhiyallahu’anhu- dia berkata; Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengimami para sahabat sedangkan Umamah binti Abi al-’Ash -yaitu anak perempuan Zainab putri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- berada di atas bahunya. Apabila beliau ruku’ maka beliau meletakkannya dan apabila bangkit dari sujud maka beliau mengembalikannya.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Masajid wa Mawadhi’ as-Shalah)

Demikian ini kita lakukan dalam rangka menyongsong pengkaderan generasi yang hatinya terpaut dengan masjid. Ini merupakan rangkaian amalan luar biasa. Menyukseskan muncul kader yang hatinya terpaut dengan masjid. Dimana generasi ini mendapatkan jaminan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: الْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ، فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ يَمِينُهُ مَا تُنْفِقُ شِمَالُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا، فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ “

“Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya:

1. Pemimpin yang adil.

2. Pemuda yang tumbuh di atas kebiasaan ‘ibadah kepada Rabbnya.

3. Lelaki yang hatinya terpaut dengan masjid.

4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah, sehingga mereka tidak bertemu dan tidak juga berpisah kecuali karena Allah.

5. Lelaki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik lalu dia berkata, ‘Aku takut kepada Allah’.

6. Orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.

7. Orang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sendiri hingga kedua matanya basah karena menangis.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Di sisi lain, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan kepada kita, hendaknya kita membangun masjid didasari karena ketaqwaan bukan menjadikan bangunan masjid untuk bahan bangga-banggaan. Apalagi keberadaan masjid tanpa memiliki fungsi semestinya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

«لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَبَاهَى النَّاسُ فِي الْمَسَاجِدِ»

“Tidaklah kiamat akan tegak sehingga manusia berbangga-banggaan dalam (membangun) masjid-masjid.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah)

Lihat lebih banyak

Artikel terkait

Back to top button