MEMBONGKAR 10 KEDAHSYATAN SILATURRAHIM
Oleh: ustadz Nofa Miftahudin, S.Th.I | Qoid Sariyah Dakwah Jamaah Ansharu Syariah Malang
Allah Ta’ala menganugerahkan hadiah yang istimewa kepada manusia berupa syariat Islam. Dengan agama islam inilah manusia menjadi mulia di hadapan-Nya. Salah satu syariat islam menganjurkan untuk melaksanakan silaturahim. Pada kesempatan ini kami memaparkan 10 keutamaan silaturahim.
1. Melapangkan rizki dan memanjangkan umur.
Perkara yang diidamkan oleh manusia diantaranya adalah diberikan kelancaran rizki dan panjangnya umur. Rasulullah SAW menyampaikan Tips untuk mendapatkan 2 hal tersebut dengan silaturahim. Sebagaimana sabdanya:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barang siapa ingin dilapangkan rezekinya dan ditambah umurnya, maka hendaklah menjalin silaturrahim.” (HR Bukhari).
2. Menjadi orang yang beruntung dengan saling menasihati memotivasi dalam kebenaran, kesabaran dan kasih sayang.
Pada saat kita silaturahim, maka kita akan mendapatkan motivasi, penyemangat, nasehat yang tentunya sangat bermanfaat bagi kita. Baik dengan kita mendengarkan nasehat secara langsung maupun keteladan dari orang yang kita silaturahimi. Allah Ta’ala mengapresiasi dalam hal saling menasihati tentang kebenaran, kesabaran dan kasih sayang. Sehingga termasuk golongan yang beruntung dan terhindar dari orang yang merugi.
Allah Ta’ala berfirman,
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3).
Dalam ayat lain Allah swt berfirman :
ثُمَّ كَانَ مِنَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡمَرۡحَمَةِ
“Kemudian dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.” (QS.Al-Balad:17)
3. Terciptanya saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan
Sebagai makhluk sosial manusia memiliki ketergantungan kepasa sesama, dan tentunya sebagai orang beriman hanya bergantung kepada Allah Ta’ala. Namun demikian dengan kita melaksanakan silaturahim kepada saudara kita, baik saudara kandung maupun seiman. Maka kita akan lebih mengetahui kondisi keadaan saudara kita. Dengan demikian kita mendapat peluang untuk beramal sholih berupa membantu saudara kita yang sedang membutuhkan. Dan Allah Ta’ala memerintahkan kepada kita untuk saling tolong menolong dalam kebajikan dan ketakwaan.
Allah Ta’ala berfirman,
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan melampaui batas.” (QS. Al Maidah: 2)
4. Tumbuhnya rasa saling mencintai karena Allah Ta’ala
Bukan menjadi kewajiban, bahwa ketika seseorang akan silaturahim harus membawa buah tangan. Namun orang beriman senantiasa peka dalam mengetahui peluang amal shalih. Karena hidupnya diperuntukkan ibadah. Di antara amal shalih tersebut adalah memberikan hadiah. Meskipun nilai hadiah tersebut alakadarnya. Karena dengan memberikan hadiah akan menumbuhkan kecintaan karena Allah Ta’ala.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَهَادُوا تَحَابُّوا
“Hendaklah kalian saling memberi hadiah, Niscaya kalian akan saling mencintai“.[HR. Bukhari]
5. Memupuk ukhuwwah Islamiyah
Perumpamaan muslim satu dengan yang lain adalah bagaikan satu tubuh. Dengan terjalinnya silaturahim semakin memupuk ukhuwwah Islamiyah di antara kita. Saling mengenal, saling memahami dan saling membantu.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى.
“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam”[HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad)
6. Saling menguatkan
Tidak bisa dipungkiri, keimanan seseorang akan mengalami naik dan turun. Dengan silaturahim kita mendapatkan penyemangat baik berupa nasehat maupun keteladanan. Sehingga menjadikan iman kita menguat kembali bi idznillaah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
اَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Seorang mukmin bagi mukmin lainnya laksana bangunan, satu sama lain saling menguatkan. [Muttafaq ‘Alaihi]
7. Meningkatkan rasa syukur kepada Allah
Tatkala seseorang silaturahim, maka adakalanya menjumpai kondisi orang lain yang dilihat dari sisi ekonomi dan lain-lain sederhana lebih bawah dari kita. Maka dari situ kita semakin menyadari bahwa banyak nikmat Allah Ta’ala yang sudah kita rasakan.
Dari situ kita terpantik untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan. Selain itu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memberi kunci jawaban untuk menjadi hamba-Nya yang pandai bersyukur. Bagaimana caranya???
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللّٰـهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ.
Lihatlah kepada orang-orang yang lebih rendah daripada kalian, dan janganlah kalian melihat kepada orang-orang yang berada di atas kalian, karena yang demikian itu lebih patut bagi kalian, supaya kalian tidak meremehkan nikmat Allâh yang telah dianugerahkan kepada kalian [HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Ibn Majah]
8. Mengasah Ketawadhu’an
Sifat tawadhu’ merupakan sifat yang mulia. Ketika bertemu dengan orang yang usianya lebih muda dari kita, maka kita beranggapan bahwa orang tersebut lebih muda sehingga lebih sedikit dosanya dibanding dengan kita. Apabila bertemu dengan orang yang sebaya, selalu menyibukkkan diri mencari kelebihan kebaikan orang lain sehingga untuk penyemangat diri dalam beramal shalih.
Begitu pula ketika bertemu dengan orang yang lebih tua, maka kita memandang beliau lebih tua berarti lebih banyak amal shalihnya dan. Pengalamannya. Seperti ini adalah bagian dari ciri-ciri ilmu seseorang bermanfaat adalah su’udhan kepada diri sendiri dan husnudhan kepada orang lain. Sebagai mana yang terukir di kitab Hilyah Thalibul Ilmi karya Al Allamah Dr. Bakr bin Abdullah.
Semakin seseorang tawadhu’ semakin mulia di hadapan Allah Ta’ala dan di hadapan makhluk.
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ
“Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah diri) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim no. 2588).
اللّهُمَّ اهْدِنِى لأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ لاَ يَهْدِى لأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ
“Allahummah-diinii li-ahsanil akhlaaqi, laa yahdi li-ahsaniha illa anta (Ya Allah, tunjukilah padaku akhlaq yang baik. Tidak ada yang dapat menunjuki pada baiknya akhlaq tersebut kecuali Engkau)” (HR. Muslim no. 771).
9. Meredam Permusuhan
Sering kita mendapatkan kisah perjalanan Nabi Muhammad SAW, dakwah dengan akhlaknya. Orang yang sering meludahi beliau ketika sakit malah beliau lah yang pertama menjenguknya. Sehingga mengubah benci menjadi cinta.
10. Terhindar dari Adzab
Dari Abu Bakroh, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ تَعَالَى لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ فِى الدُّنْيَا – مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ فِى الآخِرَةِ – مِثْلُ الْبَغْىِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ
“Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan balasannya bagi para pelakunya [di dunia ini] -berikut dosa yang disimpan untuknya [di akhirat]- daripada perbuatan melampaui batas (kezhaliman) dan memutus silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat)” (HR. Abu Daud no. 4902, Tirmidzi no. 2511, dan Ibnu Majah no. 4211, shahih)
Setelah mengetahui beberapa keutamaan silaturahim, semoga kita semakin semangat dalam silaturahim. aamiin yaa Robb