RAMADHAN TERAKHIR
Oleh: ustadz Nofa Miftahudin, S.Th.I | Qoid Sariyah Dakwah Jamaah Ansharu Syariah Malang
Adakalanya dalam menjalani ibadah, sesaat semangat dan adakalanya sesaat bermalas-malasan, sehingga mengakibatkan menunda-nunda dalam melaksanakan amal shalih. Naik dan turunnya semangat dalam beramal shalih merupakan cermin kondisi keimanan kita sedang naik dan turun.
Sahabat Abu ad-Dardâ` Uwaimir al-Anshâri Radhiyallahu anhu berkata:
الإِيْمَانُ يَزْدَادُ وَ يَنْقُصُ
Iman itu bertambah dan berkurang.[Diriwayatkan oleh `Abdullâh bin Ahmad dalam kitab As-Sunnah 1/314]
Ramadhan tinggal menghitung hari segera meninggalkan kita. Namun pernahkah kita membayangkan, bagaimana bila Ramadhan ini adalah Ramadhan yang terakhir dalam hidup kita? Kira-kira apa yang akan kita lakukan? Yang pasti kita akan melakukan semua amal shalih yang kita dapat lakukan. Bahkan kita meminta untuk menambah waktu supaya dapat beramal yang lebih banyak lagi.
Sedangkan ajal tidak dapat diakhirkan dan tidak dapat pula dimajukan. Allah Ta’ala mengingatkan kita semua
وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌۚ فَاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ
Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun. (Q.S Al-A’raf [7] : 34)
Maka cara cerdas untuk memberikan motivasi terbaik pada diri adalah memperbanyak mengingat mati dan mempersiapkan bekal kehidupan setelah mati.
Umar ibn Khattab, khalifah kedua setelah Abu Bakar al-Shidiq, pernah berkata:
أتيتُ النَّبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم عاشرَ عشرةٍ , فقال رجلٌ من الأنصارِ : من أكيَسُ النَّاسِ وأكرمُ النَّاسِ يا رسولَ اللهِ ؟ فقال : أكثرُهم ذِكرًا للموتِ وأشدُّهم استعدادًا له أولئك هم الأكياسُ ذهبوا بشرفِ الدُّنيا وكرامةِ الآخرةِ .
”Bersama sepuluh orang, aku menemui Nabi SAW lalu salah seorang di antara kami bertanya, ‘Siapa orang paling cerdas dan mulia wahai Rasulullah?’ Nabi menjawab, ‘Orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya, mereka itulah orang yang cerdas, mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan kehormatan akhirat’.” (hadits riwayat Ibnu Majah).
Di saat kita loyo dalam beramal shalih, maka ingatlah kematian yang sedang mengintai kita. Sehingga kita teringat kembali semangat memperbanyak bekal untuk kehidupan yang kekal abadi yaitu kota akhirat.
Salman Al Farisi, seorang sahabat nabi dari tanah Persia, juga pernah berkata: ”Tiga hal yang membuatku heran hingga membuatku tertawa: Orang yang mengangankan dunia padahal kematian tengah memburunya, orang yang lalai padahal ia tidak pernah dilupakan-Nya, dan orang yang tertawa sepenuh mulutnya, sementara ia tidak mengetahui apakah ia membuat murka Rabb.
Sementara itu, ada tiga hal yang membuatku bersedih: Perpisahanku dengan kekasih, Muhammad Shallallahu alaihi wasalam, dahsyatnya hari kiamat, dan berdiri di hadapan-Nya sementara aku tidak tahu apakah aku diperintahkan ke surga atau ke neraka.”
Semoga di sisa waktu bulan Ramadhan ini kita dapat memaksimalkan dalam beramal shalih. Dengan meraih kemuliaan lailatul qodar. Satu hari yang memiliki nilai kemuliaan lebih baik dari seribu bulan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala
لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ
Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. (Q.S Al-Qadr [97] : 3)
Semoga kita dipertemukan oleh Allah Ta’ala dengan Bulan Ramadhan tahun depan dengan kwalitas dan kwantitas amal shalih, keimanan dan ketakwaan kita yang lebih baik. Aamiin yaa Rabb.