Artikel

Spirit Hari Pahlawan, Hari Pembuktian Iman dan Ketaqwaan

Oleh: Budi Eko Prasetiya, SS | Katib Jamaah Ansharu Syariah Mudiriyah Banyuwangi

Bagi yang paham sejarah Indonesia, memaknai Hari Pahlawan adalah Hari Pembuktian Iman dan Ketaqwaan. Peristiwa besar yang melibatkan semua unsur kebaikan. Mulai dari Ulama dengan kefaqihan ilmunya, para santri dengan kemuliaan adab dan ketawadhuan, para mujahidin dengan semangat juangnya, para Aghniya yang menganggap kelebihan hartanya sebagai modal terbaik berjumpa Rabb Nya, para wanita yang mendorong suaminya dan anak laki-lakinya menyambut seruan mulia para ulama, anak-anak yang merelakan dan terpaksa kehilangan waktu kebersamaan bersama Ayah maupun kakak-kakak lelakinya. Bersegera memenuhi seruan kemuliaan agama yang membawa kemuliaan bagi kehidupan di dunia dan di akhirat.

Hari Pahlawan adalah hari yang membuktikan bahwa Indonesia adalah negeri karunia Allah subhanahu wa ta’ala yang kemerdekaannya diraih dan dijaga oleh para ‘ulama dan orang-orang sholih yang ikhlas memberikan totalitas kapasitas dan kualitas dirinya. Mereka memang layak dikenang sebagai pahlawan tidak hanya dalam peringatan di setiap 10 November tiap tahunnya.

Mereka memang pantas dibanggakan kebaikannya meski raganya telah dikuburkan, namun warisan kebaikannya tak akan usang digerus zaman. Para ulama dan orang-orang sholih ini telah jujur memberikan dedikasinya dalam meneladani sosok teladan dari Tuhan-Nya, yakni Rasulullah shallallahu’alaihi wa Sallam.

Dedikasi mereka untuk negerinya tak semata agar mendapat gelar pahlawan, namun dorongan meraih kemuliaan agama dengan menaati ‘Ulama untuk menjaga Izzul Islam wal muslimin dan meraih surga yang telah Allah janjikan.

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّـهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِندَ رَ‌بِّهِمْ يُرْ‌زَقُونَ ﴿١٦٩﴾ فَرِ‌حِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّـهُ مِن فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُ‌ونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِم مِّنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿١٧٠﴾

“Janganlah sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Sebenarnya mereka itu hidup dan dianugerahi rezeki di sisi Tuhannya. Mereka bergembira dengan karunia yang Allah anugerahkan kepadanya dan bergirang hati atas (keadaan) orang-orang yang berada di belakang yang belum menyusul mereka, yaitu bahwa tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (QS Ali Imran, 169-170)

Jika kepahlawanan diartikan sebagai semangat pengorbanan, maka siapa yang lebih besar pengorbanannya daripada Rasulullah Shalallahu’alaihi wa Sallam dalam mengemban risalah Islam. Beliau teladan dalam perjuangan yang sanggup memberikan segalanya untuk Islam dan kejayaannya; harta, jiwa dan waktunya. Sosok teladan yang diteladani karena telah mencurahkan kecintaan terbaiknya kepada ummatnya. Kecintaan itu terukir indah dalam kecintaan beliau akan tegaknya aturan-aturan Allah yang diperjuangkan dengan Dakwah wal Jihad.

لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ فَإِن تَوَلَّوْا۟ فَقُلْ حَسْبِىَ ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖ وَهُوَ رَبُّ ٱلْعَرْشِ ٱلْعَظِيمِ

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung,” (QS At Taubah ayat 128-129).

مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ ٱللَّهِ ۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَىٰهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنًا ۖ سِيمَاهُمْ فِى وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ ٱلسُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى ٱلتَّوْرَىٰةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِى ٱلْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْـَٔهُۥ فَـَٔازَرَهُۥ فَٱسْتَغْلَظَ فَٱسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِۦ يُعْجِبُ ٱلزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ ٱلْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًۢا

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar,” (QS al Fath ayat 29).

Mengenang heroisme 10 November 1945 tak sekedar euforia kebanggaan sejarah, namun berkomitmen menjadi pewaris perjuangan yang tak akan pernah usai seiring dinamika zaman. Hari Pahlawan adalah bukti kemenangan ideologi atas kompleksitas teknologi militer.

Hari Pahlawan adalah kemenangan akhlak para santri yang rutin berjibaku mengaji, bermuhasabah diri dan memperbaiki taqarrub ilallah melawan arogansi kezaliman penentang ke Esa an dan ke maha kuasaan Rabb semesta alam. Mari kita lanjutkan heroisme dan kemenangan itu dalam semangat menjaga Indonesia dengan iman dan taqwa, menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghaffur.

Negeri yang telah menancapkan pondasi kuat atas keyakinan turunnya rahmat Allah dalam perjuangan yang termaktub dalam pembukaan konsitutusinya,” … Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaannya…”

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوْا۟ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَٰتٍ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,” (QS Al Araf ayat 96).

Benar. Dengan Iman dan Taqwa itulah kita harus menjadi bangsa besar yang memiliki sejarah besar yang berjuang menegakkan aturan-aturan Allah berlaku di bumi Nya. Besar bukan karena tercukupinya fasiltas semata, bukan pula dengan kemakmuran ekonomi dan hadirnya orang-orang pintar di segala bidang keilmuan. Namun, besar dalam modal keyakinannya untuk istiqomah di jalan ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Lihat lebih banyak

Artikel terkait

Check Also
Close
Back to top button