Artikel

Taujih Amir Jamaah Ansharu Syariah Menyambut Bulan Suci Ramadhan 1445 H

Seruan Untuk Meningkatkan Giat Keumatan disamping Amalan Individu Dalam Rangka Meraih Ketaqwaan dan Mardhotillah

Ustadz Mochammad Achwan
Amir Jamaah Ansharu Syariah

 

الحَمْدُ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنسْتغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ. وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أنْ لاَ إلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ هَذَا الرَّسُوْلِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَمَّا بَعْدُ

Marilah kita panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas limpahan nikmat dan rahmat-Nya, memohon ampun kepada-Nya serta berlindung kepada Allah dari segala bentuk kejahatan diri kita dan dari keburukan amal-amal perbuatan kita.

Seruan untuk meningkatkan giat keumatan disamping amalan individu untuk meningkatkan ketaqwaan dan meraih mardhotillah.

Allah Ta’ala berfirman:

يٰاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS Al Baqarah ayat 183).

Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim menjelaskan bahwa ayat di atas berkenaan dengan perintah puasa yang tidak hanya kewajiban menahan diri dari makan, minum dan jimak semata. Akan tetapi harus dilandasi dengan dengan niat karena Allah Subhanahu Wata’ala, menjauhkan diri dari perbuatan yang dilarang dan tercela, serta membersihkan diri lahir dan batin.

Hal ini dikarenakan, Allah Subhanahu Wata’ala menyebutkan bahwa kewajiban berpuasa sudah ada pada umat sebelumnya, jadi sudah sepantasnya umat Islam lebih bersungguh-sungguh menunaikan ibadah puasa. Berupaya maksimal untuk menyempurnakan puasa sehingga menjadi lebih baik daripada umat sebelumnya.

Taqwa dimanifestasikan dalam ibadah puasa, sebab orang yang menjalankan ibadah puasa mampu meninggalkan segala larangan. Orang yang menjalankan ibadah puasa mampu meningkatkan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan peduli serta peka terhadap sesamanya.

Ketaqwaan seorang muslim bukan hanya berkaitan antara hubungan hamba dengan Allah, melainkan juga hubungan dengan sesama manusia. Artinya, taqwa selain memiliki sisi vertikal, juga memiliki sisi sosial.

Takwa kerapkali kita maknai sebagai kesalehan hidup. Kesalehan hidup memiliki dua dimensi. Dimensi kesalehan kita kepada Allah (habluminallah) dan dimensi kesalehan sosial (habluminannas).

Harusnya kesalehan hidup (taqwa) kita kepada Allah selaras dengan kesalehan sosial kita. Disinilah nilai kemanfaatan kehidupan manusia dapat terukur. Akan kurang sempurna ketakwaan seseorang manakala hubungannya dengan Allah maksimal namun masih meninggalkan urusan kurang baik dengan sesama manusia.

Perjuangan keumatan, hidup membersamai umat dan peduli persoalan keumatan bagi seorang mukmin merupakan jiwa dan nafas dalam integrasi keislaman untuk mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْمُؤْمِنُ الَّذِى يُخَالِطُ النَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنَ الْمُؤْمِنِ الَّذِى لاَ يُخَالِطُ النَّاسَ وَلاَ يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ

“Seorang mukmin yang bergaul di tengah masyarakat dan bersabar terhadap gangguan mereka, itu lebih baik dari pada seorang mukmin yang tidak bergaul di tengah masyarakat dan tidak bersabar terhadap gangguan mereka.” (HR. Tirmidzi, no. 2507. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Hadits ini menggarisbawahi pentingnya interaksi sosial dan kesabaran dalam hubungan dengan orang lain dalam konteks kehidupan beragama.

Berikut ini penjelasan isi kandungannya:

1. Nilai pahala yang lebih besar: hadits ini menyatakan bahwa pahala yang diperoleh oleh seorang mukmin yang aktif bersosialisasi dengan orang lain dan sabar terhadap sikap mereka lebih besar daripada mukmin yang menjauhi interaksi sosial. Ini menunjukkan pentingnya berinteraksi dengan orang lain, berkomunikasi, dan membina hubungan yang baik dengan sesama manusia.

2. Pentingnya bersabar: hadits ini juga menekankan pentingnya kesabaran dalam menghadapi sikap dan perlakuan orang lain. Meskipun ada kemungkinan kita akan dihadapkan pada situasi yang kurang menyenangkan atau bahkan konflik, sebagai seorang mukmin kita diajak untuk bersabar dan tetap memelihara akhlak yang baik.

3. Konteks kehidupan beragama: Hadits ini memberikan panduan mengenai perilaku dan sikap yang diharapkan dari seorang mukmin dalam konteks kehidupan beragama. Interaksi sosial yang baik dan kesabaran terhadap orang lain merupakan bagian integral dari melaksanakan ajaran agama dengan baik dan menjadi teladan yang baik dalam masyarakat.

Dengan demikian, hadits ini mengajarkan pentingnya menjalin hubungan sosial yang baik dengan orang lain, bersabar dalam menghadapi berbagai sikap dan perlakuan, serta menjadi seorang mukmin yang berkontribusi positif dalam masyarakat.

حَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ ، وَهَارُونُ بْنُ سَعِيدٍ الْأَيْلِيُّ ، قَالَا : أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ ، عَنْ أَبِي صَخْرٍ ، أَنَّ عُمَرَ بْنَ إِسْحَاقَ مَوْلَى زَائِدَةَ حَدَّثَهُ عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ : ” الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ، وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ “.

“Antara shalat lima waktu, (sholat) jum’at ke (sholat) jum’at (berikutnya), (puasa) Ramadhan ke (puasa) Ramadhan (berikutnya) melebur dosa-dosa yang terdapat diantaranya, selama pelakunya menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim 233).

Berdasarkan hadits diatas Allah sediakan Ramadhan sebagai peleburan dosa. Ramadhan sendiri maknanya adalah hari-hari yang sangat panas membakar. Apa yang dibakar?. Dosa. Dengan apa? Dengan taubat dan amal shalih, seperti puasa, qiyam al lail, tilawah al Quran dan amal kebaikan yang lain.

Ringkasnya, kita perlu kehadiran Ramadhan. Kita rindu selalu bertemu Ramadhan. Kita gembira bertemu Ramadhan. Maka jangan sia-siakan ia. Ia pasti akan berlalu meninggalkan kita atau sebaliknya kita yang lebih dahulu meninggalkannya.
Jangan sia-siakan Ramadhan.

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari no. 1903).

Zuur yang dimaksud dalam hadits di atas adalah dusta. Berdusta dianggap jelek setiap waktu. Namun semakin teranggap jelek jika dilakukan di bulan Ramadhan. Hadits di atas menunjukkan tercelanya dusta. Seorang muslim tentu saja harus menjauhi hal itu.
Perbanyaklah kebaikan berupa taubat, tahanlah hawa nafsu yang mengajak maksiat, jagalah pandangan karena ia panah Iblis yang beracun, gantilah dengan memandang dan membaca al-Quran, jagalah lisan dari ghibah dan dusta,

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :

لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ وَلَا الْفَاحِشِ وَلَا الْبَذِيءِ

“Seorang mukmin bukanlah orang yang banyak mencela, bukan orang yang banyak melaknat, bukan pula orang yang keji (buruk akhlaqnya), dan bukan orang yang jorok omongannya” (HR. Tirmidzi, no. 1977; Ahmad, no. 3839 dan lain-lain).

Gantilah perkataan yang tidak baik dengan banyak zikir dan tilawah atau menyampaikan dakwah sebagai ahsanu qaulan, tahanlah kaki untuk melangkah ke tempat maksiat, bawa ia ke tempat sholat, berbukalah dengan yang halal dan jangan balas dendam, semua diminum dan dimakan, karena hal itu bagaikan meruntuhkan istana takwa yang baru saja dibangun.

Akhirnya, marilah kita bersama-sama memohon kepada Allah agar diberi kekuatan untuk tetap teguh dalam keimanan dan ketaqwaan. Semoga Alloh senantiasa menjaga jamaah dan seluruh adho jamaah ini dari semua mara bahaya dan fitnah yang dapat memecah-belah persatuan dan semoga Alloh senantiasa terus membimbing, menjaga dan memberikan keistiqomahan serta keikhlasan kepada kita semua untuk melazimi Jamaah ini. Aamiin, aamiin ya Rabbal ‘Alamiin

Lihat lebih banyak

Artikel terkait

Back to top button