5 BEKAL UNTUK PARA RELAWAN YANG TERJUN DI MEDAN BENCANA
Oleh: ustadz Nofa Miftahudin, S.Th.I | Qoid Sariyah Dakwah Jamaah Ansharu Syariah Malang
Sudah dibahas di berbagai momentum perlengkapan untuk perbekalan Relawan yang akan terjun ke Medan Bencana, seperti masker, kacamata, sepatu, helem, pakaian yang aman dan nyaman serta perbekalan saat di lokasi bencana. Namun pada kali ini kami in shaa Allah akan menyampaikan beberapa tips untuk Relawan dari segi ruhiyah.
Menjadi Relawan Kemanusiaan ini adalah bagian dari amalan yang mulia. Hanya diberikan kepada orang pilihan. Bila diniatkan beramal karena Allah Ta’ala. Sehingga ada beberapa bekal untuk Relawan yang terjun di Area Bencana. Bekal tersebut adalah :
1. IKHLAS
Dalam menunaikan ibadah hendaknya senantiasa meluruskan niat karena Allah Ta’ala. Mencari muka hanya untuk Allah Ta’ala. Dengan demikian in shaa Allah sudah memenuhi salah satu syarat diterimanya amal. Selain itu sebuah amal harus memiliki hujjah, supaya tidak tergelincir kepada bid’ah atau kesia-siaan belaka.
Hikmah dari ikhlas karena Allah Ta’ala dalam akan, sedang dan setelah beramal adalah kita tidak mudah BAPER.
Allah Ta’ala menegaskan dalam beramal hendaknya memurnikan niat hanya karena Allah Ta’ala.
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
” Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allâh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus (Al-Bayyinah[98] :5)
Sebagai pengingat kepada ummatnya Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam juga menyampaikan pentingnya niat, karena orang akan mendapatkan balasan sesuai niat Rasulullah bersabda :
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ, وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
“Sesungguhnya setiap amalan disertai niat. Dan sesungguhnya setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang ia niatkan. ( HR. Bukhari dan Muslim)
Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Ibnu Mahdi, Ibnul Madini, Abu Dawud, Daruquthni dan ulama’ lain sepakat Bahwa Hadits Ini Sepertiga Ilmu
“Dari Abu Hurairah Kisah 3 orang yang pertama kali masuk neraka, Mujahid, Alim dan Aghniya” (HR. Muslim)
2. SABAR
Allah Ta’ala memberikan kabar gembira, balasan yang istimewa dan bantuan yang tak terkira. Maka beruntunglah orang yang sabar tersebut.
Sabar dibagi menjadi 3:
1. Sabar Dalam Ketaatan
2. Sabar Dalam Meninggalkan Maksiat
3. Sabar Dalam Ujian
Banyak sekali dalil keutamaan Sabar, di antaranya :
a. Allah Ta’ala memberi kabar gembira bagi orang yang sabar. Janji yang pasti.
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Qs. Al Baqarah [2] : 155)
b. Orang yang Sabar Dicintai Allah Ta’ala
وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
“Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (Ali Imran[3] : 146)
c. Perintah Sabar dan Meningkatkan Kesabaran
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” (Qs. Ali Imran [3] : 200)
d. Pahala Tanpa Batas Bagi Orang Sabar
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas,” (Qs. Az- Zumar [39]: 10)
3. JAGA SHALAT
Menjaga shalat adalah Karakter Orang Beriman. Diantara keutamaan shalat adalah salah satu penyebab Allah Ta’ala menolong kita.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar,” (Qs. Al-Baqarah [2] : 153)
Shalat adalah yang utama, jangan sampai kesibukan apapun menjadikan kita lalai dari shalat. Sampai Allah Ta’ala memudahkan manusia supaya terjaga shalatnya, maka Allah Ta’ala memberikan rukshah berupa Tayamum, Jama’ dan Qashar.
Shalat juga memiliki fungsi untuk mencegah dari perbuatan yang keji maupun yang mungkar, baik untuk pribadi maupun masyarakat. Maka kita perlu untuk memsosialisasikan urgensi shalat dimana dan kapan pun berada. Meskipun di area bencana. Demikian Allah Ta’ala menyampaikan fungsi shalat tersebut:
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al ‘Ankabut: [29] 45).
Di saat kita disibukkan dalam menyelamatkan orang lain atau mengamankan benda yang berserakan. Maka jangan sampai kita lupa kepada Dzat Yang Maha Penyelamat kepada diri kita, yaitu Allah Ta’ala.
4. JAGA LISAN
Ketika akan, sedang dan pulang dari perjalanan untuk menjadi Relawan, hendaknya senantiasa menjaga lisannya untuk berkata yang baik atau diam. Sebagaimana sabda Rasulullah :
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam,” (HR. Bukhari dan Muslim)
Imam Nawawi berkomentar tentang hadits ini ketika menjelaskan hadits-hadits Arba’in. Beliau menjelaskan, “Imam Syafi’i menjelaskan bahwa maksud hadits ini adalah apabila seseorang hendak berkata hendaklah ia berpikir terlebih dahulu.
Jika diperkirakan perkataannya tidak akan membawa mudharat, maka silahkan dia berbicara. Akan tetapi, jika diperkirakan perkataannya itu akan membawa mudharat atau ragu apakah membawa mudharat atau tidak, maka hendaknya dia tidak usah berbicara”.
Sebagian ulama berkata, “Seandainya kalian yang membelikan kertas untuk para malaikat yang mencatat amal kalian, niscaya kalian akan lebih banyak diam daripada berbicara”.
Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti berkata dalam kitabnya Raudhah Al-‘Uqala wa Nazhah Al-Fudhala hal. 45, “Orang yang berakal selayaknya lebih banyak diam daripada bicara. Hal itu karena betapa banyak orang yang menyesal karena bicara, dan sedikit yang menyesal karena diam. Orang yang paling celaka dan paling besar mendapat bagian musibah adalah orang yang lisannya senantiasa berbicara, sedangkan pikirannya tidak mau jalan”.
Selain itu juga membasahi lisan dengan Dzikrullah. Allah Ta’ala menginformasikan keutamaan dzikir, dengan dzikir hati kita menjadi tenang.
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُۗ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (Qs. Ar-Ra’d [13] : 28)
Dengan menyibukkan lisan kita dengan Dzikrullah fa in shaa Allah kita terhindar dari perkataan dan perbuatan yang sia-sia.
Momentum yang berharga pula pada saat perjalanan dan di lokasi bencana maupun perjalanan munuju kembali ke rumah tinggal. Maka hendaknya memperbanyak do’a. Relawan adalah musafir sedangkan do’a musafir adalah mustajab. Maka jangan sia-siakan kesempatan mulia ini. Sebagaimana sabda Beliau :
ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكَّ فِيهِنَّ: دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ
“Tiga waktu diijabahi (dikabulkan) do’a yang tidak diragukan lagi yaitu: (1) do’a orang yang terzholimi, (2) do’a seorang musafir, (3) do’a orang tua pada anaknya.” (HR. Ahmad, At Tirmidzi, Ibnu Majah)
5. HUSNUDHON
Berikutnya hal yang perlu diperhatikan adalah husnudhon Karena salah satu tanda ilmu bermanfaat adalah apabila diri seseorang tersebut husnudhon terhadap orang lain dan su’udhon terhadap dirinya sendiri.
Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam memperingatkan kita terhadap prasangka, karena prasangka itu perkataan yang paling dusta.
اِيّاكُم والظنَّ فاِن الظنَّ اَكْذَبُ الحَدِيث “
Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta.” (HR. Al-Bukhari)
Jangan sampai amalan yang hebat itu menjadi rusak gara-gara disibukkan su’udhon terhadap orang lain, apalagi ujub karena merasa dirinya sudah mengambil banyak peran. Na’uudzubillaah min dzalik.
Termasuk husnudhon kepada Allah Ta’ala. Termasuk kebaikan itu adalah ketika kita berhusnudhon kepada Allah Ta’ala. Karena Allah Ta’ala sesuai dengan prasangka hambanya.
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي ، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي ، وَإِنْ ذَكَرنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun ‘alaih)
Dengan Husnudhon kepada Allah Ta’ala maka in shaa Allah semakin dekat dengan pertolongan-Nya, semakin dimudahkan urusannya.
Semoga para relawan yang berjuang dalam rangka peduli dengan sesama atas dasar keimanan dibalas dengan balasan yang sempurna. Semoga senantiasa dalam lindungan Allah Ta’ala. aamiin yaa Robb