Khutbah Jumat Edisi 093: ” Keluarga Muslim Dalam Ancaman Bahaya”
Materi Khutbah Jumat Edisi 093 tanggal 13 Dzulhijjah 1437 H ini dikeluarkan oleh
Sariyah Da’wah Jama’ah Ansharusy Syari’ah dapat download di:
Keluarga Muslim Dalam Ancaman Bahaya
(Dikeluarkan Oleh Sariyah Dakwah Jama’ah Ansharusy Syari’ah)
KHUTBAH PERTAMA
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ
اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
وَقَالَ النَّبِيُ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن)
Jamaah Jum’at hamba Allah yang dirahmati Allah SWT.
Segala puji bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepadajunjungankita Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya.
Khotib berwasiat kepada diri sendiri khususnya dan jama’ah sekalian marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, semoga kita akan menjadi orang yang istiqamah sampai akhir hayat kita.
Ajaran Islam Tentang Keluarga
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa keluarga ialah ibu bapak dengan anak-anaknya. (h.143) Pada prinsipnya pengertian keluarga dalam berbagai referensi hampir sama, perbedaannya terletak dalam pengungkapannya saja. Silviciond dan Arocelis, misalnya, mengemukakan keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan dan pengangkatan, yang mereka hidupnya dalam suatu rumah, berinteraksi satu sama lain dan perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan satu budayanya. (id.shvong.com)
Jadi keluarga dapat dikatakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas suami istri (ibu bapak) dan anak-anaknya yang tinggal pada suatu tempat dan saling ketergantungan.
Islam sebagai agama yang tujuan utamanya adalah kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Islam sangat mementingkan pembinaan pribadi dan keluarga. Pribadi yang baik akan melahirkan keluarga yang baik, sebaliknya pribadi yang rusak akan melahirkan keluarga yang rusak. Demikian juga seterusnya, apabila keluarga baik, maka akan melahirkan negara yang baik. Manusia diberi mandat atau amanah oleh Allah sebagai mandataris-Nya. Manusia ditantang untuk menemukan, memahami dan menguasai hukum alam yang sudah digariskan-Nya, sehingga dengan usahanya itu ia dapat mengeksploitasinya untuk tujuan-tujuan yang baik. Dengan kata lain, ia harus mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan mampu pula melestarikan alam ini. Karena alam yang diciptakan Allah ini bukanlah alam yang siap pakai, tetapi ia harus diolah dan dibangun oleh manusia menjadi suatu alam yang baik. Adanya anggapan alam ini sebagai suatu tempat yang siap pakai, merupakan suatu kekeliruan. Anggapan yang menyesatkan ini bertentangan dengan tugas manusia di bumi sebagai mandataris-Nya (Sirajuddin Zar, h.46). Justru itu amat wajar Islam mengutamakan pembinaan terhadap individu dan keluarga.
Allah mendorong manusia agar melaksanakan pernikahan (QS. Ar-Rûm: 21). Untuk itu Allah menciptakan potensi rasa cinta dalam diri manusia. Atas dasar inilah manusia saling ketertarikan terhadap lawan jenis. Islam juga menganjurkan untuk memilih jodoh yang terbaik adalah yang beragama. Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW bersabda: (artinya) “Biasanya seorang wanita dikawini karena empat faktor; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Maka, raihlah yang memiliki agama, karena kalau tidak tanganmu akan berlumuran tanah, hidupmu miskin atau sengsara.” (Hadis riwayat Bukhari, Muslim dan lain-lain dari Abu Hurairah). Ada seseorang yang datang kepada Hasan al-Bashri untuk meminta pandangannya tentang memilih lamaran dua orang pemuda terhadap putrinya. Nasihat Hasan al-Bashri terimalah yang paling baik agamanya, karena jika ia senang terhadap istrinya pasti ia menghormatinya; sedang bila ia membencinya maka ia tidak akan menganiayanya. Seseorang pernah pula mengeluh kepada Umar bin Khattab bahwa cintanya kepada istrinya telah memudar dan ia bermaksud menceraikannya. Umar menasehatinya: “Sungguh jelek niatmu, apakah semua rumah tangga terbina dengan cinta? Di mana taqwamu dan janjimu kepada Allah? Di mana pula rasa malumu kepada-Nya? Bukankah kamu sebagai sepasang suami istri, telah saling bergaul (menyampaikan rahasia) dan istrimu telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat. Agama dalam pernikahan merupakan fondasi yang kokoh dalam membangun kehidupan berkeluarga. Hal ini sejalan dengan al-Qur’an surat al-Nisâ’:19, yang artinya: …. “Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak senang terhadap mereka, tetapi Allah menjadikan dibalik itu kebaikan yang banyak.”
Tali pernikahan inilah yang diistilahkan dengan mitsâq qhâliz (tali yang kokoh). Suami istri sangat berpeluang untuk kecocokan karena masing-masing berasal dari jenis yang sama, min nafs wâhidah, yaknimanusia (al-Nisâ’/4: 1) dan suami istri bagaikan pakaian masing-masing, hunna libâs lakum wa antum libâs lahunna (al-Baqarah/2: 187). Atas dasar pernikahan ini akan melahirkan kemesraan, kasih sayang, saling hubungan antara jiwa dengan jiwa dan saling melindungi serta saling rela berkorban untuk kebahagiaan pasangannya, yang pada puncaknya mencapai taraf sakinah.
Apabila anak sudah menginjak remaja, orang tua harus mendidiknya dengan sebaik-baik dan semaksimalnya. Keluarga merupakan pendidikan non-formal dan sangat menentukan baik-buruknya (akhlaq) seorang anak. Bahkan dapat dikatakan keluarga adalah madrasah atau sekolah pertama dari seorang anak.
Perekat bangunan keluarga adalah hak dan kewajiban. Ini disyariatkan Allah kepada ibu bapak dan anaknya. Hal ini dimaksudkan adalah untuk menciptakan keharmonisan dalam hidup berumah tangga, yang pada akhirnya akan melahirkan rasa aman, bahagia dan sejahtera. Ibu, umpamanya, dalam bahasa Arab disebut dengan umi, yang seakar dengan kata ummah (umat) berarti ibu yang melahirkan yang terpikul di pundaknya pembinaan anaknya, karena kehidupan keluarga merupakan tiang umat, tiang negara dan bangsa. Memang pendidikan di keluarga tugas utama ibu dan bukan berarti bapak lepas tangan. Padahal Luqman dalam al-Qur’an sebuah isyarat bahwa bapak juga terlibat dalam pendidikan anak-anak, di samping kewajiban sandang pangan, keuangan dan lain-lain.
Kepemimpinan dalam keluarga termasuk isu pokok dalam Islam. Bagaimana pun kecilnya suatu kelompok, perlu perhitungan yang baik dan benar. Untuk itulah Allah dalam al-Qur’an mencontohkan bagaimana kecermatan-Nya mengatur alam semesta yang tidak akan pernah ditemukan cacat sedikit pun (QS. Al-Mulk: 1-4).
Musuh-musuh Islam memang tidak menghendaki kaum Muslim berpegang teguh pada Islam secara utuh. Mereka tidak akan berdiam diri terhadap usaha kaum Muslim untuk menegakkan syari’at Islam. Mereka berusaha keras untuk memisahkan kaum Muslim dari syari’at Islam. Mereka terus berusaha mengaburkan syariat Islam dan mengikis sedikit demi sedikit syari’at Islam dari kehidupan kaum Muslim.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)”. dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 120)
Ternyata usaha mereka membuahkan hasil. Sedikit demi sedikit syariat Islam dipinggirkan oleh umatnya sehingga yang tinggal hanyalah peraturan yang berkaitan dengan ibadah ruhiyah (spiritual) dan kekeluargaan (munakahad). Namun, tidak cukup dengan itu, mereka juga terus berusaha untuk merusak hukum-hukum kekeluargaan dalam rangka memusnahkan kehidupan keluarga Muslim yang masih tersisa.
Ancaman Bahaya Pemikiran Yang Merusak Remaja dan Keluarga Muslim
- Sekulerisme: memisahkan agama dari kehidupan. Agama hanya dibolehkan dalam ibadah spiritual saja dan diharamkan ikut campur dalam pengaturan kehidupan manusia. Dengan paham ini remaja diajarkan untuk tidak mencampur adukan antara agama dan kehidupan sehingga segala sesuatu yang mereka lakukan dalam kehidupan tidak dilandaskan atas dasar halal haram, kalau sudah beribadah berarti sudah menunaikan kewajiban agama. Hal ini tentunya akan membuat kehidupan remaja menyimpang jauh dari ajaran agama yang telah dianjurkan oleh Allah SWT yang akan mengakibatkan kerusakan moral dan akhlak.
- Liberalisme: paham yang mengajarkan bahwa manusia bebas mengatur hidupnya sendiri, kebebasan dalam individu, berpendapat, berperilaku, beragama dll. Remaja diajarkan untuk melakukan segala hal sesuai keinginan mereka sendiri tanpa ada batasan-batasan yang jelas. Paham ini tidak lepas dari Kebebasan HAM yang menjadi Jargonnya.
- Hedonisme: menghalalkan berbagai cara untuk bisa mendapatkan kenikmatan materi dan jasadi termasuk dengan seks bebas. Slogan paham ini adalah 3F. Fun (kesenangan), Food (makanan/Pesta) dan Fashion (busana). Para remaja diajarkan untuk memburu kenikmatan terutama lewat makanan, cara berpakaian dan kesenangan (seks bebas, kehidupan malam). Cara yang dilakukan tidak jauh dengan remaja barat yaitu melalui miras, narkoba, cara berpakaian yang “kebarat-baratan” serta seks bebas.
Semua paham tersebut semakin merebak, menjalar dan mengakar kuat dalam remaja kita dan keluarga muslim seiring dengan proses demokratisasi yang begitu gencar dilancarkan oleh kaum kafir barat. Remaja telah menjadi remaja yang demokratis yang sulit diatur dan bertindak sesuai keinginan mereka sendiri. Harus kita akui bahwa kerusakan generasi muda kita khususnya tidak lepas dari penjajahan Barat, penjajahan yang tidak dilakukan lagi dengan kekerasan fisik namun dilakukan dengan pemikiran serta penanaman paham-paham yang merusak moral dan akhlak remaja kita yang diharapkan menjadi generasi penerus masa depan Negara tercinta kita ini. Tentunya kita tidak boleh tinggal diam dengan semua ini, kita harus berani melakukan perlawanan dan perubaahan.
Bagaimana caranya melakukan perlawanan dan perubahan tersebut?
Mungkin sebagian besar orang beranggapan cara yang paling baik adalah dengan memberikan pelajaran moral ataupun agama kepada para remaja, memberi pengawasan kepada tingkah laku remaja, memupuk dan memperkuat keimanan atau dengan cara lain yang sejenis sehingga akan tercipta remaja yang mempunyai keimanan yang kuat yang selanjutnya akan menghindarkan remaja untuk terjerumus kedalam arus liberalisasi budaya Barat. Memang cara tersebut benar namun tidak akan mampu mengubah remaja secara keseluruhan tapi hanya merubah secara individual saja, selain itu kemungkinan yang berhasil tidak banyak. Karena meskipun akhlak dan keimanannya kuat jika terus-terusan dijejali dengan paham-paham yang rusak pasti lambat laun juga akan ikut terseret kedalamnya.
Ancaman Bahaya Dampak Negatif Media Massa
Kajian-kajian tentang dampak buruk media massa akan terus menjadi topik yang menarik mengingat ketergantungan manusia saat ini kepada media informasi sangat besar.
Ketika mengemukakan dampak buruk media massa, tidak berarti kita menolak teknologi informasi yang mutakhir dan menutup mata dari pengaruh positifnya. Akan tetapi, kita semestinya mengambil langkah waspada akan dampak buruknya, karena kebanyakan pemilik media massa adalah orang-orang sekuler yang menghalalkan segala cara dan orang-orang fasik yang tujuannya hanya dunia. Sementara itu, dampak negatif media massa sangat jelas dirasakan. Berikut beberapa dampak negatif media massa secara umum.
- Menjadi sarana musuh-musuh Islam untuk merealisasikan tujuan-tujuan mereka menguasai umat Islam dan melontarkan keraguan seputar syari’at Islam.
- Melemahkan akidah umat dengan ditampilkannya syiar-syiar kekufuran dan gambar-gambar orang kafir. Karena sering ditampilkan, kaum muslimin akhirnya menganggap hal-hal semacam ini sebagai suatu yang lumrah. Hilanglah sikap bara’ah(berlepas diri) dari orang-orang kafir dan perbuatan mereka.
- Umat diajak untuk meniru orang-orang kafir dan fasik dalam hal akhlak, pemikiran, adat istiadat, gaya berpakaian, potongan rambut, dan semisalnya.
- Orang menjadi tidak menyukai kebaikan karena digambarkan sebagai kemunduran. Sebaliknya, media massa mendorong orang untuk melakukan kejelekan.
- Menjadikan orang terbiasa melihat dan mendengar kemungkaran tanpa ada pengingkaran.
- Penghakiman sepihak kepada suatu kelompok masyarakat tanpa ditelusuri lebih dalam pangkal masalahnya.
Membina Keluarga Islam
Keluarga Islam adalah keluarga yang dibangun atas dasar ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang mana pemahaman asas anggotanya adalah hanya mencari keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan yang diatur oleh peraturan-Nya. Setiap anggota keluarga Islam ini menjalankan hak dan kewajiban masing-masing sesuai dengan peraturan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketaatan ini dimulakan dari sejak awal, yaitu dari sejak menentukan kriteria pasangan hidup, proses memilih, khitbah (meminang), pernikahan, serta proses menjalani kehidupan rumahtangga, yaitu senantiasa berada di jalan kebenaran, jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Motivasi awal yang benar merupakan asas untuk membangun kehidupan rumahtangga yang kukuh. Dalam hal ini, Islam menetapkan bahwa motivasi seseorang melangsungkan kehidupan suami-isteri adalah untuk melaksanakan salah satu dari bentuk ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kehidupan pernikahan adalah kehidupan persahabatan antara seorang suami dan isterinya. Suami menjadi sahabat kepada isterinya dan isteri menjadi sahabat kepada suaminya secara sempurna dalam seluruh aspek kehidupan. Allah telah menjadikan pernikahan sebagai tempat ketenangan bagi pasangan suami istri, sebagaimana firman-Nya:
“Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah diciptakan-Nya untuk kalian isteri-isteri dari diri kalian sendiri supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikan-Nya di antara kalian rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Rum: 21).
Bagaimana kita dapat membentuk keluarga yang sesuai dengan tuntutan Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu sebuah keluarga yang berasaskan ideologi Islam?
Pertama, asas dari pernikahan tersebut adalah aqidah Islam, bukan manfaat ataupun kepentingan. Dengan menjadikan Islam sebagai landasan, maka segala sesuatu yang terjadi dalam keluarga tersebut dirujuk kembali pada Islam.
Kedua, adanya visi dan misi yang sama antara suami istri tentang hakikat, tujuan hidup dan berkeluarga dalam Islam.
Ketiga, memahami dengan benar fungsi dan kedudukan masing-masing dalam keluarga dan berusaha sedaya upaya menjalankannya sesuai dengan tuntutan Allah dan Rasul-Nya.
Keempat, menjadikan Islam dan syariatnya sebagai penyelesaian terhadap seluruh permasalahan yang terjadi dalam kehidupan berkeluarga. Halal dan haram dijadikan landasan dalam melakukan sesuatu, bukan hawa nafsu.
Kelima, mengamalkan amar makruf nahi mungkar di antara sesama anggota keluarga sehingga seluruh anggota keluarga sentiasa berjalan pada landasan Islam.
Keenam, menghiasi rumah dengan membiasakan melakukan amalan-amalan sunnah, seperti membaca al-Quran, bersedekah, melakukan solat sunnah, mengadakan kajian agama Islam dan sebagainya.
Ketujuh, sentiasa berdoa kepada Allah dan bersabar dalam situasi dan kondisi apapun.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
Wallahul muwaffiq.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْعَصْرِ، إِنَّ الإِنسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ، إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ.اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ.رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ.اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ
اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ.اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً.رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ