Khutbah Jum'at

Khutbah Jumat Edisi 148: “Jihad Jalan Perjuangan Umat Islam

Materi Khutbah Jumat Edisi 148 tanggal 23 Muharram 1439 H ini dikeluarkan oleh

Sariyah Da’wah Jama’ah Ansharusy Syari’ah dapat download di:

 

 

Jihad Jalan Perjuangan Umat Islam

(Dikeluarkan Oleh Sariyah Dakwah Jama’ah Ansharusy Syari’ah)

 

KHUTBAH PERTAMA

 

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ

اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى

وَقَالَ النَّبِيُ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن)

Jamaah Jum’at  hamba Allah yang  dirahmati Allah SWT.

Segala puji bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.

Khotib berwasiat kepada diri sendiri khususnya dan jama’ah sekalian marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, semoga kita akan menjadi orang yang istiqamah sampai akhir hayat kita.

MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!

Mengambil pelajaran dari masa lalu

Allah SWT berfirman:

قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ سُنَنٌ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

“Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah [1]; karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).”(QS. Ali-Imran: 137)

Sejarah adalah “madrasah” bagi setiap orang yang mau mengambil pelajaran. Islam selalu menyeru kita untuk memikirkan keadaan umat-umat terdahulu dan mengambil pelajaran dari apa yang menimpa mereka sebagai akibat kekafiran dan penentangan mereka kepada Allah SWT.

“Negeri-negeri (yang telah Kami binasakan) itu, Kami ceritakan sebagian dari berita-beritanya kepadamu. dan sungguh telah datang kepada mereka Rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, Maka mereka (juga) tidak beriman kepada apa yang dahulunya mereka telah mendustakannya. Demikianlah Allah mengunci mata hati orang-orang kafir.” (QS. Al-A’raf: 101)

Hadirin jama’ah jum’at rahimakumullah,

Sejarah umat Islam dipenuhi dengan teladan dan pelita yang menerangi jalan dan menerangkan jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang benar-benar beriman serta mengharapkan anugerah dan ridha Allah.

Perjalanan hidup Rasulullah SAW penghulu para Nabi dan pamungkas seluruh rasul, menampilkan kehidupan ideal yang ingin diteladani oleh seorang muslim. Jihad beliau SAW bersama para sahabat beliau yang mulia  dan peperangan-peperangan Islam yang silih berganti dengan kekuatan kafir di Badar, Uhud, Ahzab, Pembebasan Mekah, dan lain-lainnya, tidak lain adalah halaman-halaman sejarah abadi yang ditulis oleh kaum muslimin bersama Rasulullah SAW, agar menjadi cahaya penunjuk jalan dan lampu cemerlang bagi setiap orang yang menuruti jejak mereka dan berjalan di atas petunjuk mereka.

Sepanjang sejarah umat Islam yang lama dan kaya itu, telah terjadi peristiwa-peristiwa besar, bencana-bencana dahsyat dapat menyebabkan kanak-kanak mendadak beruban, banyak negara dan kerajaan berdiri, banyak pasukan besar menyerbu, banyak bala tentara kerajaan berdiri, banyak pasukan besar menyerbu, banyak bala tentara yang menyetir roda perang dari timur maupun barat, namun surya Islam tetap bersinar dan tak akan terbenam dari bumi selama-lamanya.

Kemudian, kekuatan-kekuatan kafir menyerang, tangan-tangan kaum Nasrani dan Ateis bersekutu merobek-robek umat yang satu ini, sehingga runtuhlah kekhalifahan Islam pada tahun 1924.

Umat Islam yang bergerak melakukan aksi bela Islam berusaha untuk mengembalikan kekhalifahan Islam atau negara yang berlandaskan Islam dan menjadikannya salah satu sasaran perjuangan yang diletakkan sebagai fokus pandangannya, harus memperhatikan dinamika sejarah, memperhatikan pelajaran-pelajaran yang dikandungnya, serta memilah-milah mana yang asli dan mana yang tambahan.

Hadirin jama’ah jum’at rahimakumullah,

Pergerakan Islam yang berangkat menuju sasaran perjuangan agung ini, haruslah mengambil pelajaran dari pengalaman-pengalaman berbagai pergerakan Islam –sekarang dan yang telah lalu- belajar darinya, memungut kebaikan-kebaikannya dan mengambil manfaat dari peninggalannya, selama sesuai dengan perintah-perintah syara’.

Pergerakan Islam juga harus mempelajari kesalahan dan keburukan berbagai pergerakan Islam tersebut bila ada, dan mengapa kemenangan tidak berpihak kepadanya? Bagaimana musuh dapat mengalahkannya? dan berbagai peristiwa dan kejadian lain yang oleh pergerakan Islam dijadikan bahan kajian, perenungan, dan penapisan. Dengan begitu, langkah pertama kita bukanlah langkah pertama orang-orang lain, tetapi kita berangkat dari titik akhir orang yang mendahului kita.

Sesungguhnya musuh-musuh Islam senantiasa mengintai, mengawasi, dan memburu setiap pergerakan dan perhimpunan yang menjunjung panji-panji Islam dalam rangka menimpakan makar jahat terhadap agama Islam. Karena itu, sangat patut kiranya kita melakukan kajian, napak tilas, dan mengambil pelajaran. Beratnya tugas dan besarnya amanat mengharuskan kita untuk memiliki pemahaman yang lebih dalam, pengalaman yang lebih luas, dan lebih kuat lagi dalam menghadapi tantangan-tantangan di masa sekarang.

Hadirin jama’ah jum’at rahimakumullah,

Ini akan menjadi suatu jalan untuk mempersatukan potensi orang-orang yang mukhlis, menghimpun gerakan-gerakan Islam yang tulus dan benar, yang melaksanakan hukum-hukum syariat, sebagai manifestasi firman Allah Ta’ala:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS.Ali-Imran: 103).

Sasaran perjuangan umat Islam

Tentang sasaran perjuangan kita, maka sesungguhnya Allah Ta’ala telah memerintahkan kita:

 “Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama[2] dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).”(QS. Asy-Syura:13).

Dan oleh karena itu telah dibagi menjadi dua sasaran pokok perjuangan umat Islam :

  1. Menghambakan manusia hanya kepada Allah SWT.
  2. Menegakkan kekhilafahan menurut Manhaj Nubuwah.

Kemudian, mari melayangkan pandangan kepada jalan yang menyampaikan kita kepada sasaran-sasaran ini, yang kita telah berkomitmen untuk melewatinya, atau lebih tepatnya yang telah diwajibkan oleh “Pemberi Syari’at” Yang Maha Suci, supaya kita berjalan melaluinya.

Jalan perjuangan kita adalah ungkapan yang menggambarkan tiga kewajiban yaitu : dakwah, hisbah(amar ma’ruf nahi munkar), dan jihad. Ketiga-tiganya saling berkaitan agar mewujudkan jalan tengah bagi kita yang akan mengantarkan kita menuju sasaran perjuangan kita.

Dengan pandangan sekilas, kita dapat mengerti secara jelas bahwa jalan perjuangan kita, yang meliputi  ketiga kewajiban tersebut(dakwah, hisbah, dan jihad) sulit, tidak lempang, dan untuk berjalan di tengah-tengahnya memerlukan kesungguhan kerja yang besar dan pengurbanan yang banyak sehingga memungkinkan kita mengatasi segala kesulitannya, menanggung susah payahnya, melawan musuh-musuh yang senantiasa menanti kita pada seluruh sisi jalan, dan melewati semuanya itu untuk mencapai sasaran perjuangan.

Kita juga tidak akan lupa, untuk memahami sikap musuh-musuh Islam, mengidentifikasi jumlah mereka, perlengkapan mereka, daerah-daerah basis mereka, perlengkapan mereka, daerah-daerah basis dan komando mereka.

Musuh Islam banyak, yaitu: kaum yahudi, nasrani, orang musyrik, orang munafik, orang sekuler yang beragama Islam tapi menolak syariat Islam, memusuhi orang Islam, memfitnah umat Islam yang sadar kewajiban menegakkan syariat Islam. Bahkan mereka memerangi umat Islam terang-terangan membunuh dan menganiaya mereka yang muslim.

Tentang senjata musuh-musuh Islam, mereka memiliki media informasi, sarana pendidikan, dan penerangan. Mereka ditunjang kekuasaan dan senjata. Mereka menguasai opini publik, mereka memiliki pasukan yang banyak dengan perlengkapannya yang memiliki daya musnah. Musuh-musuh Islam ini tidak akan bosan-bosannya berperang melawan umat Islam dan agama Islam, karena sesungguhnya inilah pekerjaan yang menyibukkan mereka.

Allah SWT berfirman:

Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: “Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah[3]. dan berbuat fitnah[4] lebih besar (dosanya) daripada membunuh. mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu Dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.(QS. Al-Baqarah: 217)

Jihad bersama umat Islam

Mungkinkah orang Islam berjalan sendiri-sendiri menunaikan kewajiban-kewajiban syariat ini, yaitu: dakwah, amar ma’ruf nahi munkar, dan jihad sehingga akan gugur dosa kita dan terwujud tujuannya?

Mungkinkah kita sendiri-sendiri mengatasi tipu daya dan serangan musuh yang tidak diragukan lagi akan memerangi kita, hanya karena kita menginjakkan kaki pada permulaan jalan perjuangan? Apakah kita mampu mewujudkan sasaran-sasaran yang kita incar dengan usaha-usaha individual?

Sesungguhnya, usaha-usaha individual yang terserak-serak pasti tidak berdaya melanjutkan jalannya perjuangan dan akan terputus setelah satu langkah atau beberapa langkah. Jejaknya akan segera hilang, jalan perjuangan akan tetap sulit sebagaimana adanya. Ini kalau tidak malah mempersulit jalan perjuangan, memperjauh jarak sasaran dan melipatgandakan kekuatan musuh karena panjangnya masa.

Lalu, setiap pejuang datang, menempuh jalan perjuangan dari awal dengan terputus dari perjuangan orang sebelumnya dan terpisah dari orang-orang di sekitarnya. Maka, perjuangannya akan berhenti sebagaimana orang-orang yang lain sebelumnya. Ia akan binasa atau berbalik haluan. Setiap usaha individual yang terpencar-pencar selalu akan sirna jejaknya dihembus angin lalu.

Sesungguhnya agama kita – yang sempurna, universal dan pamungkas- tidak sepantasnya melalaikan urusan seperti ini. Tidak seyogyanya ia lalai dari urusan seperti ini. Tidak sepatutnya Islam membiarkan pengikutnya menjadi mangsa musuh-musuhnya sedemikian rupa.

Sesungguhnya Islam menyadari kesulitan jalan perjuangan dan kesukaran beban kewajiban yang dipikulkan pada pundak para pengikutnya dan mengerti  juga kejahatan perangai semua musuh, serta mengerti tabiat konfrontasi yang berat dan multi dimensi, yang akan terjadi antara para pengikutnya dan musuh-musuhnya.

Maka, ketentuan syariat agama Islam datang dengan membawa solusi yang paling ideal untuk menghadapi kesulitan ini. Syariat Islam datang membawa prinsip-prinsip yang memungkinkan kita membangun di atasnya dan menegakkan gerakan Islam aktual yang mampu menghadapi kejahiliyahan, memotong jalannya serta mewujudkan sasaran perjuangan.

Hendaknya kita konsisten melaksanakan perintah agama kita, kalau kita benar-benar dan sungguh-sungguh berusaha menuju sasaran perjuangan kita. Islam telah memerintahkan kita: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai,….”(QS. Ali Imran:103)

Ibnu Katsir rahimahullaah menafsirkannya:

“Allah telah memerintahkan mereka agar berjamaah dan melarang mereka berpecah belah. Banyak hadits yang melarang berpecah belah dan memerintahkan untuk berjamaah dan bersatu.”

Al-Qurthubi juga mensitir ucapan Ibnu Mas’ud. Dikatakan bahwa maksud dari ayat Ali Imran:103 adalah berjamaah. Karena sesungguhnya Allah Ta’ala memerintahkan persatuan dan melarang perpecahan, karena perpecahan adalah kebinasaan sedangkan jamaah adalah keselamatan.”

Sesungguhnya jamaah dan amal jama’iy (kesatuan umat) adalah terjemahan satu-satunya dari perintah Allah dan RasulNya untuk bersatu dan meniadakan perpecahan, untuk tolong menolong dalam perbuatan baik dan takwa, dan untuk berpegang teguh pada agamaNya. Islamlah yang mewajibkan berjamaah, bersatu dibawah satu komando. Persatuan umat sebagai kewajiban atas setiap umat (fardhu ain). Karena itu kita berjuang dari poros jamaah (persatuan umat Islam). Dan perkumpulan besar umat Islam ini wajib menjalankan ajaran-ajaran Islam. Ia wajib berjalan menurut konsep dan perintah-perintah Islam, bukan menurut hawa nafsu dan program yang diramu oleh para pendukungnya.

Beban paling besar dalam urusan ini diletakkan pada pundak para ulama umat yang agung, yaitu para ulama yang bertakwa dan berjihad, yang menjadi representasi firman Allah Yang Maha Benar: “(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah[5], mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. dan cukuplah Allah sebagai Pembuat perhitungan.(QS.Al-Ahzab:39) Ulama pewaris para Nabi dan Rasul yang meneruskan perjuangan bukan para ulama penyebar fitnah, pemburu dunia, dan pelayan penguasa. Sesungguhnya peran ulama umat sangat vital dalam memimpin umat untuk berjihad menegakkan.

Agama Islam. Maka umat Islam wajib menjadi pendukung dan bala tentara bagi ulama pewaris para Nabi dan Rasul. Berjihad dan berjuang membela Islam dibawah komando Ulama.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْعَصْرِ، إِنَّ الإِنسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ، إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

 

KHUTBAH KEDUA

 

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ.اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ.رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ.اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ

اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ.اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً.رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

[1]Yang dimaksud dengan sunnah Allah di sini ialah hukuman-hukuman Allah yang berupa malapetaka, bencana yang ditimpakan kepada orang-orang yang mendustakan rasul.

[2]Yang dimaksud: agama di sini ialah meng-Esakan Allah SWT, beriman kepada-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhirat serta mentaati segala perintah dan larangan-Nya.

[3]Jika kita ikuti Pendapat Ar Razy, Maka terjemah ayat di atas sebagai berikut: Katakanlah: “Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar, dan (adalah berarti) menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah dan (menghalangi manusia dari) Masjidilharam. tetapi mengusir penduduknya dari Masjidilharam (Mekah) lebih besar lagi (dosanya) di sisi Allah.” Pendapat Ar Razy ini mungkin berdasarkan pertimbangan, bahwa mengusir Nabi dan sahabat-sahabatnya dari Masjidilharam sama dengan menumpas agama Islam.

[4]Fitnah di sini berarti penganiayaan dan segala perbuatan yang dimaksudkan untuk menindas Islam dan muslimin.

[5]Maksudnya: Para Rasul yang menyampaikan syari’at-syari’at Allah kepada manusia.

Lihat lebih banyak

Artikel terkait

Back to top button