Khutbah Jumat Edisi 360 | Bahaya Jika Umat Manusia Berpaling dari Al-Qur’an
Dikeluarkan Oleh Sariyah Dakwah Jama’ah Ansharu Syari’ah
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ.
اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.
وَقَالَ النَّبِيُ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن).
Jamaah Jum’at hamba Allah yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, dan para sahabatnya.
Khotib berwasiat kepada diri sendiri khususnya dan jama’ah sekalian marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, semoga kita akan menjadi orang yang istiqamah sampai akhir hayat kita.
Ma’asyirol Muslimin Rahimani Wa Rahimukumullah…
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ هَٰذَا ٱلْقُرْءَانَ يَهْدِى لِلَّتِى هِىَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ ٱلْمُؤْمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعْمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
﴿وَأَنَّ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا﴾
Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.
Allah menyampaikan keagungan al-Qur;an dan perannya dalam memajukan kehidupan manusia; al-Qur’an selalu memberi petunjuk yang paling baik dalam menyelesaikan perkara-perkara besar, dan yang paling utama adalah perkara dalam agama Islam.
Dan al-Qur’an memberi kabar gembira bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan para rasul-Nya yang senantiasa melakukan amal shalih bahwa mereka akan mendapatkan pahala yang besar di surga, dan Kami telah menyiapkan azab yang pedih bagi orang-orang kafir.
4 Bahaya Jika Seseorang Menjauh dan Melupakan Al-Quran.
Menjauh dari Al-Quran adalah bahaya bagi seorang muslim bahkan bagi umat manusia.
Sejak 14-15 Abad lalu, Allah Ta’ala sudah menyebutkan akan datangnya masa umat Islam menjauh dari Al-Qur’an . Menjauh artinya tidak membacanya, tidak mentabburinya, apalagi mengamalkannya. Allah Ta’ala berfirman:
وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَٰذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا
“Dan Rasul ( Muhammad ) berkata, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Qur’an ini sesuatu yang dijauhi.” (QS. Al-Furqan, ayat 30).
Menjauh dari Al-Qur’an adalah bahaya bagi seorang muslim, atau masyarakat muslim, bahkan bagi umat manusia. Ada 4 bahaya jika menjauh dari Al-Qur’an sebagaimana ditegaskan oleh dalam kalam-Nya. Di antaranya:
1. Penghidupan yang Sempit (Ma’isyatan Dhanka).
Allah Ta’ala menegaskan dalam Al-Qur’an : “Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit”. (QS. ThaHa, ayat 124).
Maksud dari berpaling dari peringatanKu adalah berpaling dari Al-Qur’an . Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan: yaitu menyelisihi perintahKu dan menyelisihi apa-apa yang Aku turunkan kepada RasulKu ( Al-Qur’an ), berpaling darinya dan melupakannya dan menjadikan selainnya sebagai petunjuk. (Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 5/283)
Adapun penghidupan yang sempit yaitu kehidupan dunianya, baik hakiki yaitu sempit nafkahnya, atau sempit secara maknawi yaitu dadanya sempit dan gelisah. Karena dia hidup di atas kesesatan, atau permasalahan yang tidak kunjung usai, dan lainnya.
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan: “sempit di dunia, tidak tenang, dan tidak lapang dadanya, tapi hatinya sempit karena kesesatannya. Walau zhahirnya menampakkan nikmat hidup, memakai pakaian apa saja yang dia sukai, memakan apa yang dia mau, dia tinggal di mana pun dia suka, tapi hatinya belum bersih kepada keyakinan dan petunjuk. Hatinya dirundung gelisah dan dipenuhi keraguan dan dikuasai kebimbangan. Itulah kehidupan dunia yang sempit.
2. Dikumpulkan di Akhirat dalam Keadaan Buta.
Allah Ta’ala berfirman dalam ayat yang sama dengan poin pertama:
وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ
”Dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Tha-Ha, ayat 124).
Ini sesuatu yang menakutkan. Di dunia, kebutaan saja sudah tidak mengenakkan dan membingungkan, walau banyak manusia yang dapat membantu kita. Lalu, bagaimana kebutaan di akhirat, di mana manusia tidak bisa membantu satu sama lainnya karena masing-masing bertanggung jawab atas amalnya sendiri? Buta di sini bermakna hilangnya penglihatan, hilangnya arah, petunjuk, dan kendali, di akhirat nanti.
Imam Asy-Syaukani rahimahullah menjelaskan: Yaitu kaburnya penglihatan. Dikatakan bahwa maksud dari buta adalah buta dari hujjah. Dikatakan pula, buta terhadap arah kebaikan, dan dia tidak ada pentunjuk untuk sedikit pun mencapai ke sana. (Fathul Qadir, 3/462).
Sebab, Al-Qur’an adalah kitab petunjuk bagi manusia, ke arah yang lurus dan paling benar, maka melupakannya akan membuatnya jauh melenceng dari kebenaran. Penyesalan itu pun datang kemudian.
3. Kesesatan yang Jauh.
Al-Qur’an adalah huda lin naas, petunjuk bagi semua manusia. Maka, ketika manusia berpaling darinya tentu mereka berpaling dari panduan hidup, sehingga mereka tersesat dan jauh tersesat. Allah Ta’ala berfirman:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا
“Tidakkah engkau ( Muhammad ) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu ( Al-Qur’an ) dan kepada apa yang diturunkan sebelummu? Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hukum kepada thaghut, padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari thaghut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya. (QS. An-Nisa’, ayat 60).
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan ayat ini. Ayat ini merupakan pengingkaran Allah terhadap orang yang mengklaim beriman kepada apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ( Al-Qur’an ) dan apa yang diturunkan kepada para nabi terdahulu. Saat bersamaan, mereka ingin mendamaikan pertengkaran manusia tapi tidak menggunakan Al-Qur’an dan Sunnah.
4. Bersahabat dengan Setan (Shuhbatusy Syaithon).
Allah Ta;ala jadikan Al-Qur’an sebagai wiqayah (tameng) untuk manusia dari gangguan syetan. Ayat-ayat Al-Qur’an sangat menakutkan bagi mereka, oleh karena itu Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنْ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ
“Sesungguhnya ssetan itu lari dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat Al-Baqarah”. (HR. Muslim No. 780).
Maka, sangat logis ketika manusia melupakan Al-Qur’an , tidak membacanya, menjauhi ajarannya, tidak mau menjadikannya pedoman hidup, setanlah yang akan menjadi temannnya. Paradigma berpikirnya dipolakan oleh setan, bagaimana dia mencari rezeki, bertutur kata, bekerja, dan sebagainya; semuanya dipengaruhi oleh setan.
Hal ini ditegaskan oleh Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an :
وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَٰنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
“Dan barang siapa berpaling dari pengajaran Allah Yang Maha Pengasih (yaitu Al-Qur’an ), Kami biarkan setan (menyesatkannya) dan menjadi teman karibnya. (QS. Az-Zukhruf, ayat 36)
Peringatan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam memperingatkan dalam sabdanya:
إِنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ
“Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat beberapa kaum dengan kitab (al Qur`an) ini dan menghinakan yang lain”. (HR. Muslim)
Umat Islam generasi pertama telah membuktikan. Bagaimana Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersama para sahabat telah mampu mengubah kehidupan kegelapan jahiliyah menjadi terang benderang dalam cahaya iman Islam.
Kemudian, seiring perjalanan waktu, pada abad ke-15 umat Islam yang telah maju pesat mulai dipenuhi kemewahan dan lalai atas prinsip-prinsip ajaran Al-qur’an. Maka kemudian mengalami kemunduruan. Bahkan secara umum kemudian banyak negeri-negeri Islam dikuasai dan dijajah bangsa lain. Inilah fakta yang tidak terbantahkan !
Zaman sekarang banyak negeri muslim yang telah merdeka, tetapi kondisinya masih dalam keadaan yang memprihatinkan. Negara secara umum maih dikatakan sebagai negara berkembang (istilah untuk memperhalus ungkapan “negara miskin”).
Sementara negara yang sudah relatif mapan secara social ekonomi, persoalan karakter, budaya dan moral masih banyak kerusakan. Banyak yang telah dikuasai pola hidup konsumeristis, hedonis dan materialistis. Maka kondisi umat Islam secara umum belum bisa dikatakan sejahtera.
Atas fenomena yang terjadi waktu itu, Rasulullah mengadu kepada Allah tentang keadaan umatnya yang meninggalkan Al-Qur’an.
وَقَالَ ٱلرَّسُولُ يَٰرَبِّ إِنَّ قَوۡمِي ٱتَّخَذُواْ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ مَهۡجُورٗا
Berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan” (QS. Al-Furqan: 30).
Mereka tidak beriman kepadanya, tidak memperhatikan janji dan peringatan-nya. Bahkan mereka berpaling darinya dan menolak mengikuti-nya. Dahulu kala tatkala Al-Qur’an dibacakan, maka orang-orang kafir Quraisy berusaha mengangkat suara dan hingar bingar agar orang-orang tidak mendengarkan Al-Qur’an.
Maka jaman sekarang pun banyak upaya untuk memalingkan manusia dari Al-Qur’an adalah dengan aneka kegiatan hingar bingar khususnya bagi para generasi muda. Dan segala sesuatu yang dapat membuat orang lari dari Al-Qur’an adalah bentuk dari perkara meninggalkan Al-Qur’an.
Saat ini kita mesti berbenah, agar tidak termasuk dalam golongan orang yang diadukan Rasul sebagai kelompok orang yang meninggalkan al-Qur’an. Mari kita semua mulai setahap demi setahap. Rasulullah memberi motivasi tentang keutamaan mempelajari dan membaca al-qur’an. Rasulullah bersabda :
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ اْلقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik orang di antara kamu adalah orang yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya.” (Hadits Riwayat Al-Bukhari)
Mari kita ikut berperan dalam gerakan memasyarakatkan gerakan baca-tulis al-Qur’an, sehingga kita terhindar dari dekadensi moral dan kehinaan martabat.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
Wallahul muwaffiq
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْعَصْرِ، إِنَّ الإِنسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ، إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ. رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ. اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ.
اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ. اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ