Khutbah Jum'at

Khutbah Jumat Edisi 402 | Urgensi Hijrah Rasulullah dan Kebangkitan Islam

Dikeluarkan Oleh Sariyah Dakwah Jama’ah Ansharu Syari’ah

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ.

اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.

وَقَالَ النَّبِيُ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن).

Jamaah Jum’at hamba Allah yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, dan para sahabatnya.

Khotib berwasiat kepada diri sendiri khususnya dan jama’ah sekalian marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, semoga kita akan menjadi orang yang istiqamah sampai akhir hayat kita.

Ma’asyirol Muslimin Rahimani Wa Rahimukumullah…

Pada hari ahad, 7 Juli 2024 kemarin, yang bertepatan dengan 01 Muharram 1446 Hijriah, adalah Tahun Baru Islam. Hari itu, secara historis, merupakan tonggak sejarah penting bagi umat Islam. Pada hari itulah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam melakukan hijrah dari Mekkah ke Madinah, sebagai langkah awal strategis bagi kebangkitan Islam dan umat Islam di dunia.

Hijrah sebagai Awal Kebangkitan.

إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَٱلَّذِينَ هَاجَرُوا۟ وَجَٰهَدُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ أُو۟لَٰٓئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ ٱللَّهِ ۚ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. Al-Baqarah: 218).

Ayat ini menerangkan balasan bagi orang-orang yang kuat imannya menghadapi segala cobaan dan ujian. Begitu juga balasan bagi orang-orang yang hijrah meninggalkan negerinya yang dirasakan tidak aman, ke negeri yang aman untuk menegakkan agama Allah, seperti hijrahnya Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa Sallam bersama pengikut-pengikutnya dari Mekah ke Medinah, dan balasan bagi orang-orang yang berjihad fi sabilillah, baik dengan hartanya maupun dengan jiwanya.

Mereka itu semuanya mengharapkan rahmat Allah dan ampunan-Nya, dan sudah sepantasnya memperoleh kemenangan dan kebahagiaan sebagai balasan atas perjuangan mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Urgensi Hijrah Rasulullah

Dalam perspektif historis, hijrah Nabi pada hakekatnya, merupakan langkah strategis untuk membela dan menegakkan nilai-nilai tauhid kepada Allah, serta membersihkan dunia dari kejahatan dan kezaliman, sekaligus sebagai awal kebangkitan Islam dan kaum Muslimin.

Hijraturrasul mendidik manusia, bahwa untuk mencapai suatu kesuksesan yang besar, memerlukan pengorbanan yang besar pula, serta menjelaskan bahwa esensi hidup dalam perspektif al-Qur’an, bukan semata menarik dan menghembuskan nafas, tetapi untuk membela dan mengembangkan agama Allah, yang diawali dengan sikap optimis dan kerja keras kemudian tawakkal.

Makna hakiki kebangkitan Islam dan umat Islam sesungguhnya belum dapat dipahami oleh sebagian besar umat Islam. Hal ini terjadi karena umat Islam belum menyadari Islam sebagai satu-satunya jalan keselamatan, kebenaran, jalan menuju kesuksesan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Kebangkitan Islam adalah kebangkitan ilmu pengetahuan. Kalimat ini merupakan mubtada’ sebagai sebuah simbol untuk melukiskan kembali pesona umat Islam di era kejayaannya.

Pergumulan diantara para ilmuan adalah sebuah magnet yang sangat kuat daya rekatnya terhadap peradaban lain yang ada di sekitarnya. Islam menjadi prototipe peradaban ideal yang dicita-citakan oleh umat manusia, yang mapan dan maju dalam segala bidang, utamanya adalah keilmuan.

Romantisme sejarah kejayaan sains Islam beberapa abad lampau patut untuk selalu dimunculkan guna menghidupkan kembali gairah tradisi intelektual di kalangan masyarakat muslim. Keinginan dan harapan akan bangkitnya kembali peradaban baru yang berlandaskan nilai-nilai Islam merupakan tantangan bagi setiap muslim untuk mewujudkannya.

Satu hal yang pasti bahwa kemajuan peradaban Islam harus ditopang oleh kemajuan sains dan teknologi yang tetap berazaskan nilai-nilai Ilahiah, sehingga Islam terwujud sebagai agama yang rahmatan lil`alamin. Telah banyak sains-sains Islam lahir pada abad keemasan 700 M–1400M.

Sesungguhnya penguasaan iptek hanya sebagai alat untuk memudahkan kehidupan umat manusia. Dan kekayaan hanya merupakan alat untuk kemudahan hidup manusia. Uang pada hakekatnya hanya merupakan alat tukar dalam sistem perekonomian. Satu-satunya cara mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan juga di akhirat hanya melalui agama.

Kesadaran keberagamaan atau religiositas seperti di atas tentu perlu bagi umat Islam. Karena semakin banyak agenda keberhasilan umat Islam di masa depan, terutama dalam menguasai ipteks dan perekonomian, maka eksistensi Islam semakin disegani.

Meskipun Islam pernah mengalami kejayaan di abad ke-19 s,d, abad ke-11 Masehi, membuktikan bahwa Islam dan umat Islam sangat terbuka bagi kemajuan peradaban dunia.

Makna hakiki kebangkitan Islam dan umat Islam sesungguhnya belum dapat dipahami oleh sebagian besar umat Islam. Hal ini terjadi karena umat Islam belum menyadari makna dan pentingnya Islam sebagai satu-satunya jalan menuju kejayaan, kesuksesan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Pengaruh Westernalisasi dan modernisasi menghentak sebagian umat untuk menempatkan iptek lebih penting di dalam mencapai kebahagiaan hidup umat. Pengaruh modernisasi itulah dikira mereka sebagai satu-satunya jalan menuju kebanggaan duniawi. Mereka mengira hanya dengan menguasai Ipteklah kebahagiaan itu tercapai. Lantas agama Islam di mana, ya cukup di masjid sajalah.

Keberislaman bagi mereka hanya terbatas di dalam masjid. Di luar masjid, aturan keberagamaan sama sekali diabaikan atau terabaikan. Di luar masjid segala “jalan pintas” menuju kebahagiaan duniawi dipraktekkan agar cepat kaya dan cepat pula bahagia, sehingga makna kebahagiaan di dunia dipahami secara materialistik. Sesungguhnya penguasaan ipteks hanya sebagai alat untuk memudahkan kehidupan umat manusia.

Dan kekayaan hanya merupakan alat untuk kemudahan hidup manusia. Uang pada hakekatnya hanya merupakan alat tukar dalam sistem perekonomian. Satu-satunya cara mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan juga di akhirat hanya melalui pengamalan ajaran agama.

Hijrah dalam makna syar’i artinya: pindahnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam dan para sahabat muslimnya dari kota Mekkah ke Madinah.

Tujuan berpindahnya adalah untuk menyelamatkan diri dari kota yang kala itu masih penuh ancaman dari orang-orang kafir dan musyrik menuju kota yang aman dan penuh keimanan.

Dengan hijrahnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam saat itu maka beliau dapat melanjutkan dakwah dan menyebarkan Islam dalam situasi yang lebih kondusif. Hal itu menjadikan hijrah sebagai tonggak sejarah baru dalam perkembangan agama Islam di dunia.

Dari peristiwa hijrah yang dilakukan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam tersebut, dapat digarisbawahi bahwa berpindah atau hijrah bisa menjadi hal yang harus dilakukan bahkan wajib dilakukan, jika sudah mengancam keselamatan diri sendiri, baik itu dari sisi akidah maupun nyawa.

Saat ini banyak muslim yang menggunakan kata hijrah untuk menyebut kondisi mereka yang meninggalkan tempat, keadaan, pekerjaan atau sifat yang buruk menuju perubahan yang lebih sesuai dengan arahan Al Quran dan hadis.

Niat berhijrah untuk tujuan meninggalkan keburukan atau kondisi yang bertentangan dengan Al Quran dan hadis tersebut, idealnya semata-mata karena berharap pada rahmat dari Allah Subhanahu wata’ala saja.

Hadirin, hijrah yang dilakukan Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam dan para sahabat ini bukan sekadar perpindahan fisik saja, melainkan juga mengandung pelajaran spiritual penting. Lalu, apa sajakah pelajaran atau hikmah dari peristiwa hijrah ke Madinah? Berikut poin-poin penjelasannya!

1. Saat melakukan hijrah, Rasulullah menunjukkan keahliannya dalam merencanakan dan melaksanakan strategi dakwah. Hijrah Rasulullah mengajarkan kita bagaimana perencanaan yang baik dan matang memiliki peranan penting dalam mencapai sebuah kesuksesan. Dan salah satu pondasi terbesar di dalam merencanakan sesuatu adalah menggunakan sumber daya yang ada secara tepat, efektif, dan optimal.

2. Kegigihan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa Sallam dalam berdakwah terlihat dari usahanya menghadirkan inovasi-inovasi baru dalam dakwah, didukung oleh alasan-alasan yang relevan sebagai dasarnya.

3. Sebagai pemimpin, Rasulullah memikirkan dengan sungguh-sungguh kepentingan umatnya. Beliau berupaya agar umatnya terlindungi dari siksaan dan provokasi pihak lain. Bahkan, Nabi Muhammad. menjadi orang terakhir yang meninggalkan Mekah setelah memastikan semua umat Islam selamat dalam proses hijrah menuju Madinah.

Nah, itulah hikmah-hikmah yang bisa kita petik dari peristiwa hijrah yang dilakukan Rasulullah. dan para sahabat. Sebagai muslim yang beriman, kita dianjurkan untuk mempelajari Shirah Nabawiyah agar bisa memiliki contoh atau role model dalam kehidupan sehari-hari.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْفَجْرِ وَلَيَالٍ عَشْرٍ وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ. وَالّلَيْلِ اِذَا يَسْر.

وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ. رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ. اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ.

اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ. اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Download file PDF :

Lihat lebih banyak

Artikel terkait

Back to top button