Khutbah Jum'at

Khutbah Jum’at Edisi 465 | Tanda-Tanda Kematian Pendidikan di Era Digital

Dikeluarkan Oleh Sariyah Dakwah Jama’ah Ansharu Syari’ah

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ.

اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.

وَقَالَ النَّبِيُ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن).

Jamaah Jum’at hamba Allah yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, dan para sahabatnya.

Khotib berwasiat kepada diri sendiri khususnya dan jama’ah sekalian marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, semoga kita akan menjadi orang yang istiqamah sampai akhir hayat kita.

Ma’asyirol Muslimin Rahimani Wa Rahimukumullah…

Beberapa waktu terakhir kita dikejutkan oleh berita yang memilukan:
Kasus kepala sekolah di SMAN 1 Cimarga yang menampar siswa karena merokok di sekolah, siswa tersebut melanggar Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 64 Tahun 2015, hal tersebut juga mendapat sorotan dari pakar pendidikan, banyak kalangan dan netizen. Khotib menilai bahwa meskipun tindakan pendisiplinan terhadap siswa yang melanggar aturan itu benar, namun metode hukuman fisik seperti menampar sudah tidak relevan dan menyarankan hukuman yang lebih edukatif.

Khotib juga mengkritik respon orang tua yang terburu-buru melapor ke polisi serta aksi mogok sekolah yang dilakukan siswa lain sebagai bentuk protes dianggap tidak tepat. Solidaritas seharusnya tidak membela kesalahan yang jelas melanggar peraturan sekolah dan perundang-undangan (Permendikbud No. 64 Tahun 2015). dan menekankan bahwa kasus semacam ini lebih baik diselesaikan melalui mediasi. Pada akhirnya, masalah ini terselesaikan secara damai dan kepala sekolah kembali bertugas.

Betapa terbaliknya zaman! Dahulu guru dihormati, kini guru dihujat. Dahulu pendidikan mendidik manusia, kini ia seringkali hanya menjadi urusan administrasi dan citra.

Inilah satu di antara tanda-tanda kematian pendidikan di era digital: ketika nilai dikalahkan oleh popularitas, dan pendidikan moral dikalahkan oleh rating media sosial. Guru dihukum karena menegakkan disiplin, sementara murid yang melanggar justru dibela atas nama “hak asasi”.

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ.

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Guru, kepala sekolah, dan orang tua adalah ra’in (penjaga amanah) atas generasi muda. Maka ketika penjaga itu dihukum karena menegakkan nilai, berarti bangunan pendidikan sedang retak dari fondasinya.
Allah Ta’ala berfirman:

﴿يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ﴾

“Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujādilah: 11).

Namun ilmu tanpa iman hanyalah api tanpa cahaya, membakar tapi tidak menerangi. Inilah generasi yang pintar tetapi kehilangan arah, terampil tapi tanpa adab, berani berbicara tapi enggan mendengar.
Allah memperingatkan:

فَنَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ

“Mereka lupa kepada Allah, maka Allah pun menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri.” (QS. Al-Hasyr: 19).

Pendidikan hanya akan hidup kembali bila ia berpijak pada tauhid dan adab. Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Malik).

Hadis ini menegaskan bahwa puncak dari risalah kenabian yang di dalamnya terkandung proses pendidikan dan pengajaran adalah kesempurnaan akhlak. Ketika tujuan agung ini hilang, maka pendidikan hanya akan menjadi kerangka tanpa jiwa.

Hadirin rahimakumulloh,
Khotib akan menjelaskan mengapa pendidikan terancam kehilangan ruhnya di zaman sekarang:

1. Terpisahnya Ilmu dari Sang Pemilik Ilmu (Sekularisme Pendidikan)
Pendidikan modern sering kali memperlakukan ilmu pengetahuan seolah-olah ia adalah entitas yang netral dan berdiri sendiri, terpisah dari Tuhan. Sains, ekonomi, sosial, dan teknologi diajarkan sebagai disiplin ilmu yang murni produk akal manusia, tanpa mengaitkannya dengan Sang Pencipta segala ilmu.

Dampaknya: Lahirlah “manusia-manusia cerdas” yang mungkin bisa menciptakan teknologi canggih, tetapi tidak memiliki landasan etis dan spiritual. Mereka bisa saja menggunakan kepintarannya untuk mengeksploitasi alam, menipu sesama, atau menciptakan kerusakan, karena tujuan akhirnya adalah materi dan keuntungan duniawi, bukan keridhaan Tuhan. Inilah yang dimaksud dengan kehilangan ruh: ilmu tanpa keberkahan.

2. Reduksi Tujuan Pendidikan Menjadi Pragmatisme dan Materialisme
Tujuan utama pendidikan kini sering kali direduksi menjadi sekadar “mencetak tenaga kerja yang siap pakai” untuk industri. Keberhasilan seorang siswa diukur dari seberapa besar gajinya kelak, seberapa prestisius jabatannya, atau seberapa cepat ia diserap oleh pasar kerja.

Dampaknya: Aspek-aspek fundamental seperti pembentukan karakter, adab, kebijaksanaan, dan integritas menjadi terpinggirkan. Sekolah dan universitas berubah menjadi “pabrik ijazah”, bukan lagi tempat untuk membentuk manusia seutuhnya (insan kamil). Siswa dididik untuk menjadi “robot pekerja” yang kompeten, tetapi kosong secara spiritual.

3. Krisis Adab dan Hilangnya Rasa Hormat
Ketika landasan tauhid dilepaskan, konsep adab pun kehilangan pijakannya. Adab bukan sekadar sopan santun, tetapi sebuah sikap batin yang lahir dari kesadaran akan hierarki ilmu dan kebenaran. Ia mencakup:

1. Adab kepada Tuhan: Niat belajar untuk mencari keridhaan-Nya.
2. Adab kepada Guru: Menghormati dan memuliakan guru sebagai pewaris ilmu.
3. Adab kepada Ilmu: Tidak sombong dengan pengetahuan yang dimiliki dan mengamalkannya dengan benar.
Dampaknya: Kita menyaksikan fenomena di mana murid berani melawan guru, meremehkan proses belajar, dan memandang pendidikan sebagai transaksi jual-beli. Hubungan guru-murid yang seharusnya spiritual dan penuh berkah berubah menjadi hubungan transaksional antara “penyedia jasa” dan “pelanggan”.

Kita berada di zaman di mana pendidikan terancam kehilangan ruhnya. Kita harus menghidupkan kembali semangat tarbiyah, dengan menanamkan nilai iman, adab, dan tanggung jawab sosial di setiap lembaga pendidikan mulai dari rumah, sekolah, hingga pesantren.
Allah berfirman:

وَذَكِّرْ فَإِنَّ ٱلذِّكْرَىٰ تَنفَعُ ٱلْمُؤْمِنِينَ

Artinya: “Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Adz-Dzāriyāt: 55).

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ. رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ. اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ.

اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ. اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Download file PDF:

Lihat lebih banyak

Artikel terkait

Back to top button