Artikel

MEMPERTUHANKAN HAWA NAFSU

Oleh: Ustadz Nofa Miftahudin, S.Th.I | Qoid Sariyah Dakwah Jamaah Ansharu Syariah Malang

Manusia diciptakan oleh Allah Ta’ala dengan bentuk yang sempurna. Diberikan akal untuk berfikir dan organ tubuh yang spesial dengan fungsi yang memukau. Maka apabila kita merenungi ciptaan Allah Ta’ala berupa jasad ini, tentu hanya kalimat kekaguman kita kepada Allah Ta’ala atas ciptaan-Nya yang sempurna. Allah Ta’ala mengabadikan di dalam Al Qur’an bahwa manusia adalah ciptaan Allah Ta’ala yang sempurna.

لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ

“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (Q.S At-Tin [95] : 4)

Di sisi lain Allah Ta’ala juga menguji manusia dengan diberikannya nafsu. Dimana nafsu itu senantiasa mendorong kepada kejahatan. Kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Allah Ta’ala. Allah Ta’ala Berfirman :

وَمَآ اُبَرِّئُ نَفْسِيْۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ ۢبِالسُّوْۤءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

“Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Q.S Yusuf [12] : 53)

Apabila manusia tersebut dapat mengendalikan nafsunya untuk taat kepada Allah Ta’ala, maka mereka termasuk golongan yang beruntung. Sebagaimana firman Allah Ta’ala :

وَاَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهٖ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوٰىۙ

“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya,” (Q.S An-Nazi’at [79] : 40)

فَاِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوٰىۗ

“Maka sungguh, surgalah tempat tinggal(nya).” (Q.S An-Nazi’at [79] : 41)

Namun apabila manusia tunduk bahkan mempetuhankan hawa nafsunya ini adalah penyebab mala petaka dan kesengsaraan di dunia sampai akhirat. Di dunia kesengsaraannya adalah karena hidupnya dalam kemurkaan Allah Ta’ala dan terjerumus kepada kesesatan yang jauh, meskipun secara lahir seolah-olah bahagia, namun sesungguhnya mereka hanya saja pandai menyimpan hati yang sebenarnya sedang merana.

Dan kesengsaraan di akhirat berupa menjadi penghuni neraka, seandainya kesengsaraan manusia sepenuh bumi yang di rasakan selama di dunia bila dikumpulkan dan dibebankan kepada seorang manusia, sungguh tidak akan dapat memyetarai apalagi mengalahkan dahsyatnya kesengsaraan di neraka. Na’uudzubillaah min dzalik.

Bahkan Allah Ta’ala pun memperingatkan kepada Nabi Dawud supaya tidak mengikuti hawa nafsu. Karena hawa nafsu itu apabila dituruti dapat mengakibatkan terperosok dalam kesesatan.

يٰدَاوٗدُ اِنَّا جَعَلْنٰكَ خَلِيْفَةً فِى الْاَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوٰى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِۗ اِنَّ الَّذِيْنَ يَضِلُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيْدٌۢ بِمَا نَسُوْا يَوْمَ الْحِسَابِ

(Allah berfirman), “Wahai Dawud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (Q.S Shad [38] : 26)

Syaikhul Islam rahimahullah berkata, “Seseorang yang mengikuti hawa nafsu adalah seseorang yang mengikuti perkataan atau perbuatan yang dia sukai dan menolak perkataan atau perbuatan yang dia benci dengan tanpa dasar petunjuk dari Allah Azza wa Jalla ” [Majmû’ Fatâwâ, 4/189]

Sehingga Ulama’ salafush shalih mengendalikan nafsu dengan tidak selalu menuruti hawa nafsunya. Walaupun nafsu tersebut menginginkan yang mubah. Dengan tidak selalu memuruti nafsu yang menginginkan pada perihal mubah, maka besar harapan dapat merasakan ni’matnya ibadah. Terhindar dari jeratan syubhat. Begitu pula sebaliknya, apabila seseorang selalu menurti nafsu walaupun itu perihal yang mubah, peluang besar akan berdampak berkurangnya merasakan ni’matnya ibadah.

Iblis tidak akan tinggal diam, dia akan senantiasa berusaha keras untuk menjerumuskan manusia kepada dosa. Salah satu tipu muslihat iblis adalah menghiasi kemaksiatan dengan kemasan yang mempesona. Sebagaimana firman Allah Ta’ala :

قَالَ رَبِّ بِمَآ اَغْوَيْتَنِيْ لَاُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِى الْاَرْضِ وَلَاُغْوِيَنَّهُمْ اَجْمَعِيْنَۙ

Ia (Iblis) berkata, “Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya. (Q.S Al-Hijr [15] : 39)

Contoh yang nyata di depan kita untuk kalangan pemuda adalah perayaan Valentine’s Day. Kemaksiatan yang dikemas atas nama kasih sayang. Padahal di dalam islam kasih sayang dan kepedulian terhadap semua makhluk itu tidak terikat waktu dan tempat.

Semoga Allah Ta’ala senantiasa membimbing kita semua, dapat mengendalikan hawa nafsu menuju kepada ketaatan di hadapan Allah Ta’ala. Selamat dari jerat tipu muslihat iblis yang terkutuk. Aamiin yaa Robb

Lihat lebih banyak

Artikel terkait

Back to top button