Artikel

MUNDUR DARI DAKWAH, MUHASABAH MEMPERBAIKI DIRI AGAR ISTIQAMAH

Oleh: Ust. Hamzah Baya, S.Pd.I, M.Pd | Qoid Sariyah Pendidikan dan Kaderisasi Markaziyah, Jamaah Ansharu Syariah

Meninggalkan dakwah itu perkara gampang. Kita tinggal sedikit demi sedikit menjauhinya saja. Tidak aktif lagi tanpa pemberitahuan. Tidak merespon saat dihubungi. Bersikap masa bodoh terhadap agenda dakwah Tidak datang saat diundang. Sembunyi ketika dimobilisasi. Intinya, bersikap cuek dan masa bodoh saja.

Tenggelam dalam aktivitas yang memuaskan diri. Bisnis, traveling, dan sibuk dengan agenda selain dakwah. Dengan cara demikian lambat laun kita akan meninggalkan atau barangkali lebih tepat ditinggalkan dakwah karena dakwah must go on. Gampang sekali. Tapi apa manfaatnya bagi kita mengambil sikap demikian?

Benar, meninggalkan dakwah itu perkara yang mudah. Tapi jauh lebih mudah lagi bagi Allah Ta’ala untuk mencari pengganti yang jauh lebih baik daripada mereka yang memutuskan untuk ‘pensiun’ dari dakwah. Para pengganti itu akan menggerakkan dakwah jauh lebih ikhlas dan bersemangat. Ya, sangat mudah bagi Allah untuk melakukannya. Sangat mudah.

Tidak ada sedikit pun kerugian bagi dakwah ketika seseorang memilih “mundur” darinya. Dakwah akan terus berjalan, ada atau pun tanpa kita. Dan bahkan Allah mengganti dengan yang lebih baik, Allah berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَنْ يَّرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِيْنِهٖ فَسَوْفَ يَأْتِى اللّٰهُ بِقَوْمٍ يُّحِبُّهُمْ وَيُحِبُّوْنَهٗٓ ۙاَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ اَعِزَّةٍ عَلَى الْكٰفِرِيْنَۖ يُجَاهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا يَخَافُوْنَ لَوْمَةَ لَاۤىِٕمٍ ۗذٰلِكَ فَضْلُ اللّٰهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ

” Wahai orang-orang yang beriman! Barangsiapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui”. (Q.S Al Maidah: 54)

Sekali lagi kita bertanya, apa manfaatnya bagi hidup kita? Dakwah memang tidak memberi tumpukan harta. Bahkan bisa jadi kitalah yang mesti menyisihkan dari yang Allah karuniakan pada kita untuk menggerakkan dakwah.

Sampai ujian demi ujian kita lalui. Tapi disanalah kita menemukan makna yang indah. Kita terlibat dalam dakwah bukan untuk memperoleh harta berlimpah. Kita ingin mendapatkan keridlaan Allah, sehingga dengannya hidup kita bertabur barakah.

Sekiranya kita memilih ‘masa bodoh’ dan mundur dari dakwah, sungguh ada satu hal yang dikhawatirkan dicabutnya barakah dari hidup kita. Direnggutnya rasa qana’ah terhadap harta dari diri kita. Tiba-tiba saja kita berubah menjadi orang yang sangat rakus terhadap duniawi, secuil apapun ia. Lalu aktivitas dakwah ditinggalkan. Forum diskusi, majelis ilmu mulai diabaikan. Bahkan tidak ada lagi semangat untuk memperjuangkan agama Islam yang di hina dan di olok olok orang kafir tidak lagi tergerak dirinya melaksanakan amar makruf nahi mungkar. Sebagai gantinya proyek-proyek materi menjadi lebih diutamakan.

Dalam situasi demikian kadang seseorang masih merasa melakukan amal yang besar karena masih ada manfaatnya untuk keluarga dan orang lain. Padahal, yang dilakukannya tidak lebih dari aktivitas remeh yang disesaki oleh hasrat yang besar terhadap uang. Semakin dikejar, rasa puas tak pernah akan terpenuhi. Tiba-tiba juga kebutuhan tak bisa tercukupi, padahal pendapatan lebih banyak dari sebelumnya. Jika hal demikian yang terjadi, alangkah baik, sekiranya kita berhenti sejenak. Muhasabah dengan kondisi diri apa yang sedang terjadi ??

Jangan-jangan kebarakahan itu telah hilang dari hidup kita disebabkan jauhnya dengan majlis ilmu, para guru, dan tak lagi dekat dengan Al Qur’an bahkan jauh dengan para pejuang kebenaran mujahid fi Sabilillah yang selalu istiqomah

Setiap saat kita memang perlu muhasabah diri. Jika ada benih-benih bergesernya orientasi, mari diluruskan kembali. Saat mulai muncul rasa malas segera kembali dengan semangat beramal Sholeh dizaman fitnah ini, Ketika kejenuhan mulai melanda, perlulah silaturahmi dan nasehat kyai agar ada penyegaran dan suntikan semangat membara. Memperturutkan kelesuan dan kemalasan beraktivitas dakwah hanya mendatangkan situasi yang semakin berat. Lambat laun seseorang berkemungkinan mundur tanpa pamitan.

Dalam situasi demikian, tanpa sadar bahwa ada yang berbeda dari cara berpikir, dan juga bertindak. Mulai bersikap seperti pecundang dan mulai menanggalkan mental seorang Pejuang yang bersemangat, sabar pantang menyerah dan berkeluh kesah, berorientasi untuk mencari solusi, dan istiqamah memegang prinsip hidup mulia atau mati syahid

Saking mudahnya meninggalkan dakwah, alasan apapun bisa dikemukakan. Tanpa beban bahwa dulunya dia seorang Pejuang dakwah yang pantang menyerah

Seseorang dapat mengelabuhi Ikhwan bahkan ustadznya atau qiyadah (pimpinan) dengan alasan yang tampak masuk akal: bisnis, kerja, urusan keluarga, atau apapun kesibukan yang menyita banyak waktu. Allah berfirman:

سَيَقُوْلُ لَكَ الْمُخَلَّفُوْنَ مِنَ الْاَعْرَابِ شَغَلَتْنَآ اَمْوَالُنَا وَاَهْلُوْنَا فَاسْتَغْفِرْ لَنَا ۚيَقُوْلُوْنَ بِاَلْسِنَتِهِمْ مَّا لَيْسَ فِيْ قُلُوْبِهِمْۗ قُلْ فَمَنْ يَّمْلِكُ لَكُمْ مِّنَ اللّٰهِ شَيْـًٔا اِنْ اَرَادَ بِكُمْ ضَرًّا اَوْ اَرَادَ بِكُمْ نَفْعًا ۗبَلْ كَانَ اللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرًا

“Orang-orang Badui yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan berkata kepadamu, “Kami telah disibukkan oleh harta dan keluarga kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami.” Mereka mengucapkan sesuatu dengan mulutnya apa yang tidak ada dalam hatinya. Katakanlah, “Maka siapakah yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki bencana terhadap kamu atau jika Dia menghendaki keuntungan bagimu? Sungguh, Allah Mahateliti dengan apa yang kamu kerjakan.” ( QS. Al Fath:11 )

وَاِذْ قَالَتْ طَّاۤىِٕفَةٌ مِّنْهُمْ يٰٓاَهْلَ يَثْرِبَ لَا مُقَامَ لَكُمْ فَارْجِعُوْا ۚوَيَسْتَأْذِنُ فَرِيْقٌ مِّنْهُمُ النَّبِيَّ يَقُوْلُوْنَ اِنَّ بُيُوْتَنَا عَوْرَةٌ ۗوَمَا هِيَ بِعَوْرَةٍ ۗاِنْ يُّرِيْدُوْنَ اِلَّا فِرَارًا

“Dan (ingatlah) ketika segolongan di antara mereka berkata, “Wahai penduduk Yasrib (Madinah)! Tidak ada tempat bagimu, maka kembalilah kamu.” Dan sebagian dari mereka meminta izin kepada Nabi (untuk kembali pulang) dengan berkata, “Sesungguhnya rumah-rumah kami terbuka (tidak ada penjaga).” Padahal rumah-rumah itu tidak terbuka, mereka hanyalah hendak lari “.
(Q.S Al Ahzab: 13).

Tapi sungguh, Allah yang paling tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam diri kita. Masih banyak karakter Manusia yang mencari alasan untuk tidak merasakan ujian berat dalam berdakwah yang di gambarkan Allah dalam Al Qur’an

Apakah alasan-alasan itu benar adanya, ataukah muncul dari kelemahan diri dan hasrat kuat untuk menghindar dari amanah. Lagi-lagi, kita memang perlu banyak muhasabah diri

Jika hari-hari ini kita mulai tampak lesu dan tidak bergairah di jalan dakwah, forum-forum pembinaan juga terasa gampang ditinggalkan, kontribusi yang mesti diberikan juga terasa berat ditunaikan, kerinduan bertemu ikhwah tergantikan dengan hasrat kuat untuk mengejar duniawi, atau teramat nyinyir dan antipati memandang dakwah serta komunitas kebaikan lainnya, rasa-rasanya kitalah yang lebih butuh untuk menerima banyak nasihat dibandingkan orang lain.

Sungguh, tak ada manfaat yang dapat diperoleh dari meninggalkan dakwah, kecuali hidup yang terasa susah dan tidak memperoleh barakah. Hari-hari ini ketika waktu istirahat bagi sejumlah ikhwah terasa amat singkat, para mujahid yang berada di Medan jihad sibuk di front garis terdepan pertempuran melawan kekafiran, kita sungguh merasa malu. Sebagian kita masih bersantai-santai, bahkan membiarkan diri dalam lalai. Wallahu a’lam

Semoga Allah jadikan kita istiqomah dijalan dakwah, hingga husnul khotimah. Aamiin.

Lihat lebih banyak

Artikel terkait

Check Also
Close
Back to top button