Artikel

Palestina Bukan Tanah yang Dijanjikan untuk Bangsa Israel yang Sekarang

Oleh: Budi Eko Prasetiya, SS

Menurut Ibnu Katsir, dalam kitab “Al Bidayah wa al-Nihayah,” Nabi Ibrahim alaihissalam lahir di Babilonia (Irak). Beliau memiliki anak bernama Ismail dan Ishak. Dari Nabi Ishak ‘Alaihi salam memiliki anak bernama Ya’qub dan kelak termasuk salah satu dari 25 Nabi dan keturunannya disebut Bani Israil.

Israil adalah nama kedua untuk Ya’qub alaihisaalam. Kepada Ya’qub inilah Bani lsrail bernasab. Arti Israil sendiri, seperti yang termaktub dalam sumber rujukan Arab, adalah “Pilihan Allah” atau “Hamba Allah”. Adapun makna harfiah atau etimologis menurut kaum Yahudi ialah “Orang yang bergulat dengan Tuhan”. Di dalam bahasa mereka, “isra” artinya bergulat, sedangkan “el” artinya Tuhan.

Dalam Al-Qur’an, nama Ya’qub disebut 16 kali, dia juga disebut dengan Israil sebanyak 2 kali.  Dalam Al-Qur’an tidak dikisahkan mengenai Ya’qub yang berdakwah kepada kaum tertentu, tetapi disebutkan bahwa dia selalu mengingatkan manusia kepada negeri akhirat.

Namanya dalam Al-Qur’an kerap dirangkaikan bersama Ibrahim dan Ishaq, juga dengan beberapa nabi yang lain, menegaskan kedudukannya sebagai nabi, orang shaleh, dan sosok beriman yang diberi wahyu dan petunjuk oleh Allah.

Sesungguhnya Ya’qub bukanlah salah seorang pemeluk agama Yahudi. Pasalnya, Taurat yang dijadikan Kitab Suci serta sumber ajaran kaum Yahudi diturunkan setelah masa Ya’qub.

Yang benar, Ya’qub adalah seorang pemeluk agama hanifiyah yakni agama yang lurus atau penganut tauhid murni, sebagaimana agama Nabi lbrahim.

Al-Quran membantah klaim orang-orang Bani Israil yang telah menyimpang dari kebenaran, yang berbohong Nabi Ya’kub sebagai pemeluk Yahudi.

يٰۤـاَهۡلَ الۡكِتٰبِ لِمَ تُحَآجُّوۡنَ فِىۡۤ اِبۡرٰهِيۡمَ وَمَاۤ اُنۡزِلَتِ التَّوۡرٰٮةُ وَالۡاِنۡجِيۡلُ اِلَّا مِنۡۢ بَعۡدِهٖؕ اَفَلَا تَعۡقِلُوۡنَ

“Wahai Ahlul Kitab! Mengapa kamu berbantah-bantahan tentang lbrahim, padahal Taurat dan Injil diturunkan setelah dia (lbrahim)? Apakah kamu tidak mengerti?” (QS: Ali Imran [3]: 65).

Allah pun menjelaskan kebohongan mereka dalam firman-Nya:

مَا كَانَ اِبۡرٰهِيۡمُ يَهُوۡدِيًّا وَّلَا نَصۡرَانِيًّا وَّ لٰكِنۡ كَانَ حَنِيۡفًا مُّسۡلِمًا ؕ وَمَا كَانَ مِنَ الۡمُشۡرِكِيۡنَ

“Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, tetapi dia adalah seorang yang lurus, ‘muslim’ dan dia tidaklah termasuk orang- orang musyrik.” (QS: Ali Imran 3: 67)

Asal-muasal penamaan Yahudi ini ada beberapa versi.  Umumnya pendapat-pendapat menunjukkan bahwa penamaan ini terjadi setelah masa Nabi Musa.

Yahudi merupakan nisbat kepada Yahudza, nama salah satu suku dari 12 suku yang dinisbatkan kepada putra keempat Ya’qub. Kemudian, setelah Bani Israil terbelah menjadi dua kerajaan besar, maka nama itu disematkan pada Kerajaan Selatan sehingga kerajaan ini disebut kerajaan Yehudza untuk membedakan diri dari Kerajaan Utara.

Benarkah Palestina adalah tanah yang dijanjikan untuk Yahudi?

Bani Israil menerima persekusi dari rezim Firaun selama tinggal di Mesir. Allah kemudian mengutus Nabi Musa di tengah mereka. Dia pun memimpin keturunan Nabi Ya’kub tersebut keluar dari Mesir menuju negeri yang diberkahi, Yerusalem.
Setelah berhasil melewati Laut Merah, atas izin Allah Ta’ala, mereka pun kian dekat ke tanah yang dijanjikan itu. Akan tetapi, mereka justru enggan merebut Palestina dari tangan bangsa asing yang menguasainya kala itu. Sikap Bani Israil ini diabadikan dalam Alquran, surah al-Maidah ayat 24.

“Mereka berkata, ‘Wahai Musa! Sampai kapan pun kami tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya, karena itu, pergilah engkau bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua. Biarlah kami tetap (menanti) di sini saja’.”

Allah kemudian menghukum Bani Israil. Mereka dibiarkan tersesat, berputar-putar tanpa arah di Gurun Sinai selama 40 tahun. Tidak bisa kembali ke Mesir. Tidak pula mampu keluar menuju Yerusalem

Apakah Yerusalem masih merupakan tanah yang dijanjikan Tuhan bagi mereka? Dalam Alquran surah al-Anbiya ayat 105, Allah menegaskan jawaban.

“Dan sungguh, telah Kami tulis di dalam Zabur setelah (tertulis) di dalam adz-Dzikr (Lauh Mahfuzh), bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang shalih.”

Sebagian ahli tafsir mengartikan “bumi ini” sebagai tanah suci. Dengan demikian, Yerusalem itu ditegaskan oleh Allah Ta’ala akan diwariskan untuk hamba-hamba-Nya yang shalih. Apakah kaum Yahudi memenuhi kriteria “hamba Allah yang shalih”?

Sangat logis bila kaum ini berulang kali terusir dari Yerusalem karena meninggalkan perilaku shalih. Al Quran pun menyebutkan beberapa contoh tabiat tidak shalih itu, seperti membunuh para nabi. Dengan perkataan lain, anggapan bahwa kaum Yahudi masih bisa dipandang shalih sehingga “berhak” mewarisi Baitul Makdis, patut dikritisi kebenarannya.

Yahudi dan Zionis Israel

Sejak abad ke-20, Gerakan Zionis Internasional yang didirikan Theodor Herzl (1860-1904) berupaya merebut tidak hanya Yerusalem, tetapi juga seluruh negeri di antara Sungai Yordan dan pesisir Mediterania—Palestina. Mereka mengklaimnya sebagai “tanah yang dijanjikan” untuk bangsanya, Yahudi. Padahal, berbagai riset membuktikan, mereka sendiri justru tidaklah termasuk Bani Israil. Mereka berada di luar 12 suku bangsa keturunan Nabi Ya’kub alaihissalam

Apa yang sekarang dikenal dengan sebutan ‘Negara Israel’ berdiri di atas fondasi rasisme-theologis yang keras. Sejak awal hingga akhir, negara ini hanyalah milik Yahudi ekstrem dan penjajah, tak ada yang lainnya.

‘Israel’ menyambut sekitar 25.000 imigran baru pada tahun 2021, meningkat 29% dari tahun 2020. Sebagian besar imigran berasal dari  Rusia  (30%), Prancis  (15%),  Amerika Serikat  (14%), dan Ukraina  (12%). Bangsa ‘Israel’ modern saat ini adalah mereka yang mendukung pembentukan, dan mendukung tanah air bagi orang-orang Yahudi yang berpusat di wilayah jajahan Palestina, itulah zionisme.

Jelas dan tak diragukan lagi, Penduduk ‘Israel’ yang sekarang tidak bisa disamakan dengan bangsa Israil sebagaimana yang dimaksud Al-Quran. Wallahu a’lam.

Lihat lebih banyak

Artikel terkait

Back to top button