POLITIK DAN PERSATUAN UMAT
Oleh : Ustadz Hamzah Baya, S.Pd.I, M.Pd | Qoid Sariyah Pendidikan dan Kaderisasi Markaziyah, Jamaah Ansharu Syariah
Islam menyebut politik dengan istilah Siyasah. Jika yang dimaksud politik adalah siyasah mengatur segenap urusan umat, maka Islam sangat menekankan pentingnya siyasah. Bahkan Islam sangat mencela orang-orang yang tidak mau tahu terhadap urusan umat.
Tetapi jika siyasah diartikan sebagai orientasi kekuasaan, maka sesungguhnya Islam memandang kekuasaan hanya sebagai sarana menyempurnakan pengabdian kepada Allah. Tapi Islam hanya menjadi sarana dalam masalah kekuasaan.
Sebagian orang seringkali menilai istilah politik Islam diartikan sebagai politik menurut perspektif Islam, hal itu sebagai bentuk kewajaran karena dalam dunia nyata kita selalu disuguhkan praktik politik yang kurang atau sama sekali menyimpang dari ajaran Islam. Sehingga muncul pertanyaan apakah politik Islam itu ada? Apakah Islam punya konsep khusus tentang politik yang berbeda dengan konsep politik pada umumnya?
Sampai batasan tertentu, Islam memang memiliki konsep yang khas tentang politik. Akan tetapi, tentu saja Islam tetap terbuka terhadap berbagai konsep politik yang senantiasa muncul untuk kemudian bisa melengkapi konsep yang sudah ada, sepanjang tidak bertentangan dengan konsep Islam yang sudah ada. Selama politik yang berlaku tidak merusak agama dan persatuan Umat, Allah berfirman:
يٰأَيُّهَاالَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِّنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتٰبَ مِن قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَآءَ وَاتَّقُوا اللّٰهَ إِن كُنتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, jadi pemimpinmu (teman setiamu) yaitu di antara orang-orang yang diberi Kitab sebelummu dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertaqwalah kepada Allah, jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman.” (Q.S Al Maidah: 57).
Dalam menghadapi situasi politik dan kondisi kaum muslimin yang penuh dengan kegaduhan, kecemasan, terkadang kepentingan politik bisa menjadi ajang konflik diantara kedua belah pihak. Meskipun pada beberapa hari ataupun waktu yang lalu rasa persaudaraan itu masih ada.
Berbicara politik dan persatuan umat, rasanya penting untuk membahas dan meninjau dari sisi syariat. Maklum, terkadang jika sudah berdiskusi ‘panas’ kerap kali melupakan sisi tersebut dan hanya fokus dengan kepentingan politik yang memiliki keinginan pribadi dan menuruti hawa nafsu
Dimulai dari fenomena banyak sekali bermunculan di kancah pergerakan Islam kelompok, organisasi, dan partai-partai yang mengklaim bahwa mereka berada diatas kebenaran, kemenangan dan pembebasan akan tercapai melalui tangan mereka, bukan lewat tangan seorangpun diluar mereka. Saling mengklaim dan bahkan saling mengkafirkan sungguh, ini bukanlah jalan dan prinsip yang di tempuh oleh salafus sholeh (pendahulu yang benar) dan tidak menjadi manhaj nubuwwah (ajaran kenabian).
Realitas tersebut menimbulkan dampak negatif dalam kehidupan umat, persepsi, dan sikap mereka menjadi kacau sehingga menimbulkan permusuhan diantara pergerakan Islam.Belum lagi tercerai-berainya sikap wala’ (loyal) kecintaan kasih sayang dan percaya kepada saudaranya sesama muslim, sehingga tanpa terasa mereka saling memperdalam jurang perbedaan, pertikaian dan perpecahan yang seharusnya bersaudara dan saling mencintai karena Allah. Sebab mencintai karena Allah merupakan salah satu daripada adab persaudaraan dalam islam yang menjadi kekuatan kaum muslimin, Rasulullah Shallallahu allaihi wasallam bersabda:
أوثق عرى الإيمان الحب في الله والبغض في الله
“Ikatan iman yang paling kokoh adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah” (H.R Ahmad).
Kekuatan iman adalah cinta dan bahkan benci karena Allah. Cinta karena Allah adalah mencurahkan kasih sayang dan kecintaan kepada orang –orang yang beriman dan taat kepada Allah ta’ala karena keimanan dan ketaatan yang mereka lakukan
Sedangkan yang dimaksud dengan benci karena Allah adalah mencurahkan ketidaksukaan dan kebencian kepada orang-orang yang mempersekutukanNya dan kepada orang-orang yang keluar dari ketaatan kepadaNya dikarenakan mereka telah melakukan perbuatan yang mendatangkan kemarahan dan kebencian Allah, meskipun mereka itu adalah orang-orang yang dekat hubungan dengan kita.
Dr. Muhammad Ali al-Hasyimi (2004: 195) dalam bukunya menyebutkan, salah satu sifat seorang muslim sejati yang paling istimewa adalah kecintaannya kepada teman-teman dan saudara-saudaranya se-Islam, sebuah cinta yang tak tergantung oleh kepentingan-kepentingan duniawi dan motif-motif apapun. Cinta ini merupakan merupakan cinta sejati seorang saudara, yang kesuciannya berasal dari sinar tuntunan Islam, pengaruhnya terhadap perilaku umat Islam lainnya cukup unik dalam sejarah hubungan manusia. Cinta inilah adalah cinta yang sebenarnya. iaitu cinta karena Allah.
Sedangkan Perpecahan itu menyulut kedengkian, kemarahan, dan kebencian didalam hati mereka. Hampir saja tidak ditemukan dua orang yang bertemu kecuali dalam diri salah seorang diantaranya tersimpan rasa tidak senang dengan orang lain disebabkan oleh hawa nafsu, partai, kelompok-kelompoknya serta loyalitas batil dan saling bertentangan yang di paksakan kepada para pengikutnya.
Akibatnya, banyak keraguan dan kebimbangan pada diri seseorang antara yang Haq (benar) dan batil (salah). Sehingga membuat mereka lebih suka hidup menyepi dan mengucilkan diri tanpa mau membedakan antara jamaah yang pantas menerima dukungan dan penghargaan dengan jamaah yang pantas menerima permusuhan. Karena mereka meragukan kesungguhan dan keikhlasan semua jamaah-jamaah yang muncul di kancah perjuangan Islam.
Maka seorang muslim harus mengetahui Al Haq (kebenaran) dan para pendukung nya, sehingga dia bersegera menolong dan memperbanyak jumlah serta bergabung dalam barisan mereka. Begitu juga kewajibanya adalah mengetahui Kebatilan dan Kedzaliman dan para pendukung nya, sehingga dia meninggalkanya dan memusuhinya serta menjauhi mereka sesuai dengan kadar kedekatan atau jauhnya mereka dari sifat-sifat kelompok yang ditolong Allah. Rasulullah bersabda:
لا تزال طاءفة من امتي ظاهرين على الحق لا يضرهم من خذلهم حتى يءتي امر الله وهم على كذلك
“Akan senantiasa ada diantara umatku sekelompok orang yang tampil membela kebenaran, tidak membahayakan mereka orang yang menelantarkan (tidak menolong) mereka sehingga datang ketetapan Allah, sedang mereka tetap dalam keadaan demikian”. (H.R Muslim).
Semoga Allah membimbing kita untuk mengikuti Ahlul Haq yang berada dalam kelompok dan barisan yang ditolong Allah sebagaimana petunjuk dari Alquran, Assunnah, mengikuti atsar, dan pemahaman As Salafus Sholih (golongan benar dari pendahulu).