Teladan Para Lelaki Sholih Menghindari Zina
Oleh: Ustadz Budi Eko Prasetiya, SS
Katib Jamaah Ansharu Syariah Mudiriyah Banyuwangi
Tidak mudah bagi para lelaki bisa selamat dari Godaan Zina. Tidak sedikit pula mereka terperosok dalam kehancuran karena tidak mampu menghadapi godaan zina. Apalagi jika itu datang dari wanita itu cantik, kaya dan berkedudukan. Bahkan berpeluang tersebut terbuka lebar di tempat yang aman dari penglihatan manusia.
Namun, tidak demikian dengan para lelaki soleh ini. Mereka memberikan teladan keimanan untuk menolak ajakan zina dari wanita jelita.
1. Berlari menjauh
Keteladan iman Nabi Yusuf dalam menghindari zina adalah dengan cara berlari menjauh. Ia berlari menjauh dari wanita yang sebenarnya juga menarik hatinya. Saat berlari itulah, Zulaikha menarik baju Yusuf sehingga robek. Robeknya baju tersebut menjadi bukti Yusuf tidak bersalah, kemudian dijebloskan ke penjara. Peristiwa ini diabadikan dalam QS Yusuf 25
وَاسْتَبَقَا الْبَابَ وَقَدَّتْ قَمِيْصَهٗ مِنْ دُبُرٍ وَّاَلْفَيَا سَيِّدَهَا لَدَا الْبَابِۗ
“Dan keduanya berlomba-lomba menujuj pintu dan wanita itu menarik baju gamis Yusuf dari belakang hingga koyak dan kedua-duanya mendapati suami wanita itu di muka pintu. . .”
Dalam Tafsir Al Wajiz, Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili menafsirkan bahwa,
“Keduanya saling mendahului menuju pintu. Yusuf ingin berlari menjauh melarikan diri dan keluar, sedangkan istri Al-‘Aziz ingin mencegahnya, dia merobek baju Yusuf dari belakang ketika dia hendak melarikan diri. Dan keduanya mendapati suami Zulaikha berada di balik pintu. Dengan licik untuk menutupi dirinya dari tuduhan perbuatan keji Zulaikha berkata:
“Apakah balasan bagi orang yang hendak berbuat keji kepada istrimu selain dipenjara dan diberi azab yang sangat pedih untuk membalas perlakuannya?
2. Menangis Sejadi-Jadinya
Disarikan dari _”Min Rawa’i Tarikhina”_ karya Mahmud Musthafa Sa’ad dan Nashir Abu Amir Al Humaidi, ada kisah teladan dari Atha’ bin Yasir. Tabi’in itu berangkat menunaikan haji bersama saudaranya dan serombongan orang lainnya. Setibanya di Abwa’, rombongan yang lain meninggalkan Atha’ seorang diri di tenda. Tiba-tiba, seorang wanita yang sangat cantik mendatanginya. Atha’ mengira, wanita tersebut ada keperluan penting dan butuh bantuan.
“Adakah sesuatu yang bisa kubantu?” tanya Atha’ kepada wanita tersebut.
“Iya”
“Apa itu?”
“Suamiku telah lama meninggal dunia. Aku sudah lama tidak merasakan nafkah batin sebagaimana yang dulu kurasakan saat bersamanya. Maukah kau menemaniku bercinta?” mendengar ajakan ini, bukan kepalang kagetnya Atha’.
“Keluarlah dari sini. Jangan kau jerumuskan aku ke neraka!” kata Atha’ dengan nada keras
Namun, wanita itu tak mau keluar. Ia terus menggoda Atha’ meskipun Atha’ menolaknya.
Segala cara dilakukan Atha’, wanita itu tak juga mau pergi. Akhirnya Atha’ pun menangis sejadi-jadinya. Mendengar tangisan Atha’ yang semakin pilu dan air matanya yang bercucuran, wanita cantik itupun kemudian merasa iba. Dan entah kenapa tiba-tiba hilang hasratnya, ia pun turut menangis lalu pergi meninggalkan Atha
3. Mengajukan 5 Pertanyaan Maut
Dikutip dari dari “Dzammul Hawa” halaman : 210-211
Ubaid bin Umair bin Qatadah Al Laitsi Al Junda’i Al Makki, nama lengkapnya. Ia seorang tabi’in yang pernah digoda oleh salah satu wanita tercantik di Makkah.
Satu hari, wanita itu mendatangi Ubaid. Ia berpura-pura meminta nasehat ke pojok masjid dengan alasan kebutuhannya amat penting. Sesampainya di sana, wanita itu membuka cadarnya dan tampaklah wajah cantiknya laksana bening rembulan. “Apa yang kau lakukan?” kata Ubaid melihat kejanggalan wanita tersebut
“Sungguh, aku mencintaimu. Aku hanya ingin jawaban darimu,” sergah wanita itu, terus berusaha menggoda Ubaid.
“Sebentar,” kata Ubaid. Kini nadanya mulai naik. “Ada beberapa pertanyaan yang jika kau menjawabnya dengan jujur, maka aku akan menjawab pertanyaanmu tadi.”
“Baik, aku akan menjawabnya dengan jujur.”
“Pertama, seandainya Malaikat Maut datang menjemputmu saat ini, apakah engkau senang aku memenuhi ajakanmu?” wanita itu tak menyangka akan mendapatkan pertanyaan yang langsung mengingatkannya dengan kematian.
“Kedua, seandainya saat ini engkau berada di alam kubur dan sedang didudukkan oleh Malaikat Munkar dan Nakir untuk ditanyai, apakah engkau senang aku penuhi ajakanmu?”
“Tidak”
“Ketiga, seandainya saat ini semua manusia menerima catatan amalnya dan engkau tidak tahu apakah kau akan mengambilnya dengan tangan kanan atau tangan kiri, apakah engkau senang jika aku memenuhi ajakanmu?”
“Tidak”
“Keempat, seandainya saat ini seluruh manusia digiring ke timbangan amal dan engkau tidak tahu apakah timbangan amal kebaikanmu lebih berat atau justru amal buruknya yang lebih berat, apakah engkau senang jika aku memenuhi ajakanmu?”
“Tidak”
“Kelima, seandainya saat ini engkau berada di hadapan Allah untuk dimintai pertanggung jawaban atas semua nikmatNya yang telah dianugerahkan kepadamu, masihkah tersisa rasa senang di hatimu jika aku memenuhi ajakanmu?”
“Demi Allah, tidak”
“Kalau begitu wahai wanita, takutlah kepada Allah. Betapa Allah telah memberikan segalanya kepadamu.” Kini ia tak kuasa menahan air mata. Tadi ia datang ke Masjidil Haram berpura-pura mencari nasehat, kini ia benar-benar mendapatkan nasehat yang benar-benar menyentuhnya. Sejak saat itu, wanita tersebut bertaubat dan menjadi ahli ibadah.
4. Melumuri tubuh dengan Tinja
Pemuda shalih itu dijebak oleh seorang wanita di rumahnya. Pintu ditutup dan dikunci. Tak ada kesempatan untuk lari. Wanita cantik itu kemudian merayu dan menggoda. Abu Bakar berusaha menghindar dan menolak.
Beragam alasan dan nasehat ia sampaikan. Berharap wanita itu takut dosa, takut neraka, takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun, hasilnya nihil. Sang wanita terus memaksa.
Akhirnya Abu Bakar minta ijin ke toilet. Ia punya ide brilian untuk menolak ajakan zinanya. Di toilet, Abu Bakar melumuri tubuhnya dengan tinja.
Melihat Abu Bakar keluar dari toilet dengan tubuh berlumuran kotoran, wanita itu syok. Syahwatnya mendadak hilang, berganti dengan jijik dan rasa mual. Segera, ia mengusir Abu Bakar keluar.
Abu Bakar bersyukur. Meskipun ia sempat disangka gila akibat tubuhnya yang penuh kotoran, ia akhirnya selamat dari godaan zina. Dan anehnya, keesokan harinya setelah ia bangun tidur, tubuhnya berbau harum.
Keharuman tubuhnya tak kunjung hilang di hari-hari berikutnya. Karenanya ia terkenal dengan sebutan Al Misk. Abu Bakar Al Misk (Sifatush Shafwah 2/83).