Khutbah Jum'at
Trending

Islam Sebagai Konsep Perubahan Mengatasi Krisis Multidimensi

Materi Khutbah Jum'at Edisi 256

(Dikeluarkan Oleh Sariyah Dakwah Markaziyah Jamaah Ansharu Syariah)

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ.

اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.

وَقَالَ النَّبِيُ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن).

Jamaah Jum’at  hamba Allah yang  dirahmati Allah SWT.

Segala puji bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya.

Khotib berwasiat kepada diri sendiri khususnya dan jama’ah sekalian marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, semoga kita akan menjadi orang yang istiqamah sampai akhir hayat kita.

Ma’asyirol Muslimin Rahimani Wa Rahimukumullah

Agama Islam dalam sejarah perkembangannya merupakan agama yang selalu menekankan pentingnya perubahan. Perubahan tersebut tidak hanya pada perilaku, sifat dan karakter manusia, melainkan juga pada cara pandang dan system kehidupan. Perubahan inilah yang Rasulullah. dan nabi-nabi sebelumnya tanamkan kepada umatnya.

Salah satu ayat yang memerintahkan manusia untuk melakukan perubahan tersebut adalah:

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوْمٍ سُوٓءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥ ۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka sendiri mengubah keadaan yang ada pada diri mereka. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (Q,S,Ar-Rad [13]: 11)

Pada saat ini, kondisi umat Islam menjadi umat yang lemah posisinya dalam konstelasi lokal dan nasional. Bahkan sebagian wilayah umat Islam masih terjajah dan dikuasai asing atau segelintir konglomerat. Seperti di Irak, Afghanistan, Suriah, dll.

Kondisi Indonesia saat ini dikhawatirkan terancam krisis multidimensi yang terlihat dari sejumlah fenomena yang muncul di tengah masyarakat di negeri ini, kondisi negara Indonesia khususnya umat Islam masih terbelenggu dengan maraknya kasus korupsi, narkoba, dekadensi moral, bertambahnya angka kemiskinan, kriminal, dan bahkan sudah sampai tingkat krisis ekonomi, krisis moral dan krisis lainnya.

Padahal penyakit kronis tersebut penyakit utama yang sangat di musuhi oleh agama Islam itu sendiri, dengan melihat kondisi negara Indonesia khususnya umat Islam saat ini, maka sudah keharusan untuk membawa perubahan dan keinsafan agar negara Indonesia dan rakyat diridhoi dan diberkahi Allah sehingga bisa bangkit dari keterpurukan lalu beradaptasi atau bersaing dengan negara-negara lainnya.

Perubahan paling utama yang dilakukan saat ini adalah dengan kembali ke Al-Qur’an dan As-sunnah, di mana setiap umat islam menggali kembali ayat-ayat normatif dalam al-qur’an sebagai pandangan hidup, spirit, cita-cita dan semangat dalam hidup bermasyarakat dan bernegara yang majemuk.

Selain itu, umat Islam terus meningkatkan persatuan, persaudaraan (ukhwah), dan keinsafan nasional agar mudah bangkit dari ketepurukan dan melawan setiap kezaliman atau ketidakadilan yang muncul di masyarakat dan pemerintahan. Karena itu, dengan membangun persatuan dan persaudaraan kita bisa menatap kemajuan di masa yang akan datang. Seperti kata pepatah “Bersatu kita teguh, Bercerai kita runtuh”.

Islam sebagai Konsep Perubahan

Tatkala Islam dimaknai sebatas sebagai agama, maka yang muncul dalam pikiran sementara orang adalah bagaimana agar segera membangun masjid, menjalankan shalat lima waktu, menunaikan ibadah puasa, zakat, dan haji. Semua itu memang penting dan harus diperhatikan, karena merupakan bagian penting dari Islam. Hal lain adalah tentang pernikahan, bentuk atau potongan baju, dan rangkaian kegiatan dalam pengurusan kematian. Itulah Islam dari aspek agama,dan tampaknya tidak ada bedanya dengan pemahaman terhadap agama lainnya. Berbicara agama memang selalu di seputar itu.

Namun pertanyaannya adalah, apakah Islam hanya sebatas memiliki makna sebagai agama dalam arti sempit. Pertanyaan berikutnya adalah, apakah Nabi Muhammad, sebagai utusan Allah hanya sebatas bertugas mengurus agama dalam pengertian itu. Bukankah kehadiran Nabi juga disebut-sebut sebagai penyebar rahmat, bahkan rahmatan lil alamien, seorang pembawa perubahan, yakni perubahan dari zaman kegelapan, penuh tipu muslihat, penindasan, ketidak-adilan, masyarakat biadab, kemudian menjadi zaman terang, masyarakat yang dipenuhi dengan suasana damai, adil, kebersamaan, saling mencintai dan kasih sayang, dan beradab.

Sebagai contoh perubahan yang dihasilkan oleh Nabi Muhammad, adalah sangat spektakuler.

Contoh yang dimaksudkan itu adalah keberhasilannya di dalam membangun masyarakat Madinah yang hingga kini, tanda-tandanya sebagai masyarakat ideal, yang merupakan produk perubahan itu masih bisa dirasakan. Nabi Muhammad dengan Al-Qur’annya, bukan sebatas memperkenalkan agama, yakni Islam, melainkan membawa konsep perubahan masyarakat dalam berbagai aspek yang amat jelas.

Namun konsep perubahan itu rupanya belum dipahami secara utuh dan sempurna, termasuk oleh umatnya sendiri. Padahal, konsep itu sebenarnya amat jelas. Sepanjang sejarah perjuangannya, baik tatkala masih berada di Makkah maupun di Madinah, Nabi Muhammad, melakukan perubahan masyarakat secara mendasar. Hasilnya, luar biasa sekalipun belum berhasil ditangkap secara sempurna. Aspek yang dipahami atas perjuangan itu, baru hal yang terkait kegiatan ritualnya. Akibatnya, yang tampak dari Islam hanya sebatas sebagai agama, yakni kegiatan penyembahan, pengorbanan kepada Yang Maha Kuasa dalam pengertian terbatas, dan kehidupan kelak di akherat.

Aspek di luar agama, sekalipun sesungguhnya merupakan bagian penting dari Islam diantaranya masalah politik dan sistem pemerintahan, ternyata tidak banyak mendapatkan perhatian. Masyarakat Islam pada umumnya, di mana-mana, memahaminya seperti itu. Dampaknya, institusi yang menamakan diri atau menggunakan identitas Islam, misalnya sekolah-sekolah Islam, ilmu tentang ke-Islaman, selalu dipandang sempit dan terbatas. Lebih memprihatinkan lagi, tatkala seseorang dikenal masuk komunitas Islam, maka dianggap sama artinya dengan masuk ruang terbatas, lorong, atau ruang sempit, yang kemudian dianggap berbeda dari wilayah umum yang selalu luas.

Penglihatan atau kesan Islam yang sempit seperti itu dengan mudah diperoleh di dalam kehidupan sehari-hari. Petugas agama di tingkat desa _____, misalnya, maka lingkup tugas dan tanggung jawabnya hanya dimaknai sebatas mengurus hal-hal di seputar pernikahan, pembagian waris, kematian, dan berdo’a. Selain itu dianggapnya bukan wilayah Islam. Anehnya lagi, hal demikian itu juga mewarnai pada pemikiran sementara kaum intelektualnya. Mereka memahami, bahwa Islam juga sebatas agama. Sehingga, tatkala mereka merumuskan tentang ilmu ke-Islaman juga hanya sebatas menyangkut ikhwal keagamaan, yaitu mengkaji ilmu ushuluddin, syari’ah, dakwah, adab, dan tarbiyah.

Dampak dari pemahaman Islam yang sebatas sebagai agama itu, maka apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad di dalam membangun peradaban, di antaranya melakukan perubahan sosial secara mendasar, membangun kecintaan masyarakat terhadap ilmu, beramal shaleh, dan seterusnya belum ditangkap secara utuh. Nabi Muhammad saw., hanya dipahami sebagai orang yang mengenalkan agama, dan belum sampai sebagai sosok pengubah masyarakat dengan konsepnya sedemikian mendasar dan lengkap. Misalnya, dengan konsep tauhidnya, Nabi Muhammad, adalah menjadi pemersatu, memperkenalkan konsep kesamaan dan kebersamaan, keadilan, kesetaraan dalam hukum, dan lain-lain.

Semua orang, lebih-lebih lagi para ilmuwannya, kiranya sadar, bahwa kekuatan pendorong kemajuan peradaban adalah ilmu dan kemampuan berkreatifitas. Orang-orang yang kaya ilmu pengetahuan selalu memenangkan di dalam kompetisi, apalagi kompetisi di dalam kehidupan global.

Keterbelakangan, kemiskinan, dan kebodohan sebenarnya adalah sebagai resiko dari adanya kesenjangan dalam penguasaan ilmu dan teknologi. Kelompok masyarakat yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan kemampuan berkreatifitas, benar-benar telah meninggalkan jauh masyarakat yang miskin ilmu dan kreatifitas. Oleh karena itu, kesenjangan yang selalu dikeluhkan oleh banyak orang, sebenarnya adalah bermula dari kesenjangan penguasaan ilmu dan berkreatifitas itu.

Ajaran islam mengingatkan dengan jelas, bahwa orang-orang yang beriman dan berilmu akan diangkat derajatnya hingga beberapa derajat lebih tinggi. Namun rupanya, sinyal di dalam al Qur’an itu tidak ditangkap secara tepat. Akibatnya, umat Islam di mana-mana masih tertinggal dari umat lainnya yang telah menguasai terlebih dahulu ilmu pengetahuan, teknologi, dan kemampuan berkreatifitas. Umpama saja, petunjuk al Qur’an, atau Islam ditangkap sebagai konsep perubahan menyeluruh terhadap tatanan kehidupan sebagaimana dikemukakan di muka, baik pada tataran individu, kelompok, dan bahkan bangsa secara keseluruhan, maka upaya mewujudkan kehidupan masyarakat adil, makmur, damai, dan sejahtera, segera terjawab dengan menegakkan Islam sebagai aturan kehidupan. Wallahu a’lam.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْعَصْرِ، إِنَّ الإِنسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ، إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ. رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ. اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ.

اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ. اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Download Berkas Khutbah Jum’at Edisi 256
pdf

Lihat lebih banyak

Artikel terkait

Back to top button