Khutbah Jum'at

Khutbah Jumat Edisi 105: “Menasehati Penguasa Yang Zhalim”

Materi Khutbah Jumat Edisi 105 tanggal 9 Robi’ul Awwal 1438 H ini dikeluarkan oleh

Sariyah Da’wah Jama’ah Ansharusy Syari’ah dapat download di:

 

 

Menasehati Penguasa Yang Zhalim

(Dikeluarkan Oleh Sariyah Dakwah Jama’ah Ansharusy Syari’ah)

 

KHUTBAH PERTAMA

 

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ

اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى

وَقَالَ النَّبِيُ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن)

Jamaah Jum’at  hamba Allah yang  dirahmati Allah SWT.

Segala puji bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepadajunjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.

Khatib berwasiat kepada diri sendiri khususnya dan jama’ah sekalian marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, semoga kita akan menjadi orang yang istiqamah sampai akhir hayat kita.

Kepemimpinan Adalah Amanah.

Kepemimpinan atau jabatan apapun merupakan amanat. Jabatan bukanlah untuk mencapai kepentingan pribadi, atau memperkaya diri dan keluarga.  Jabatan bukan pula jenis pekerjaan untuk mendatangkan keuntungan bagi pemegangnya. Kepemimpinan apapun akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT kelak.

يَا أَبَا ذَرٍّ إِنَّكَ ضَعِيفٌ وَإِنَّهَا أَمَانَةُ وَإِنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ إِلَّا مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ فِيهَا

“Wahai Abu Dzar, sesungguhnya kamu itu lemah.  Sesungguhnya jabatan itu merupakan suatu amanah (titipan).  Jabatan itu nanti pada hari kiamat merupakan suatu kehinaan dan penyesalan kecuali bagi pejabat yang dapat memanfaatkan haknya dan menunaikan kewajibannya dengan sebaik-baiknya” (HR. Muslim).

 إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى الْإِمَارَةِ وَسَتَكُونُ نَدَامَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Sesungguhnya kamu sekalian akan ambisi untuk dapat memegang suatu jabatan, tetapi nanti pada hari kiamat jabatan itu merupakan suatu penyesalan” (HR. Bukhari).

Fir’aun Sosok Pemimpin Kafir Yang Zhalim.

Isi Al-Qur’an sarat dengan hikmah, nasihat dan pelajaran yang tak lekang ditimpa panas tak lapuk disiram hujan. Sentuhan-sentuh annya selalu aktual. Tidak ada satu kalimat pun dafam kitab Allah ini yang sia-sia. Melainkan pada tiap katanya terkandung hikmah bagi kehidupan manusia.

وَقَالَ فِرْعَوْنُ ذَرُونِي أَقْتُلْ مُوسَى وَلْيَدْعُ رَبَّهُ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُبَدِّلَ دِينَكُمْ أَوْ أَنْ يُظْهِرَ فِي الْأَرْضِ الْفَسَادَ

“Dan Fir’aun berkata (kepada pembesar pembesarnya): “Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Rabb-nya, karena sesungguhnya aku khawatir dia mengganti agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi” (QS. Al-Mukmin: 26).

Salah satu fenomena yang banyak diungkap Al-Qur’an adalah kisah Fir’aun. Bila Al-Qur’an banyak menyebut-nyebut Fir’aun dan kedurjanaannya, tentu ada pesan penting di dalamnya yang harus kita tangkap. Salah satu pesan tersebut adalah, kekuasaan yang tidak dikendalikan oleh keimanan kepada Allah SWT cenderung mendorong ‘pemiliknya’ bertindak sewenang-wenang dan zhalim. Nama Fir’aun selalu menjadi bahan cerita yang menarik dari dahulu hingga kini. Penggambaran Al-Qur’an tentang Fir’aun amat menarik karena ketika Al-Qur’an menceritakan sosok tiran yang hidup beribu tahun silam itu, seolah-olah ia berbicara tentang sosok manusia yang kini tengah diuji Allah melalui kekuasaan dan jabatan. Di dalamnya tergambar sistem dan karakteristik pemerintahan ‘thogutis’ dengan segala sepak terjangnya.

Dalam ayat di atas (QS. Al-Mukmin: 26), Allah SWT menggambarkan kecongkakan Fir’aun, penguasa yang mengklaim dirinya sebagai tuhan, yang tak rela kalau keadilan hakiki mendapat angin untuk hidup. la amat cemas kalau rakyatnya memberikan loyalitas (wala) kepada selain dirinya. Karena itu ia berjuang dengan gigih untuk menumpas apa yang dianggapnya merupakan ancaman dan tindakan subversif bagi kelestarian kekuasaannya, sekaligus dengan orang yang membawanya. Namun Fir’aun pun bukan manusia bodoh. Dengan rekayasa yang canggih ia tak mau ‘ketahuan belang‘ oleh rakyatnya dan para pembesar kerajaan yang menjadi pijakan kekuasaan nya. Ia tetap ingin dipandang sebagai orang baik-baik oleh mereka. 

Orang yang selalu memperhatikan kepentingan mereka. Oleh karena itu ia tetap berlagak memihak kepada rakyat dan membela kepentingan mereka. Niat jahatnya untuk menghabisi Nabi Musa as dan mengakhiri misi tauhid yang diembannya, ia kemas dengan label ‘pembelaan terhadap agama rakyat serta upaya menciptakan suasana kehidupan yang penuh kedamaian’. Apa akibatnya? “Sesungguhnya Aku khawatir dia (Musa) mengganti agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi!”. Terlihat jelas betapa ia juga sangat lihai memutarbalikkan fakta dan memanipulir kenyataan.

Nabi Musa ‘Alaihissalam yang membawa bukti nyata bahwa dirinya adalah utusan yang akan menegakkan keadilan dan kebenaran hakiki, dicapnya sebagai orang yang akan menimbulkan makar, kerusuhan, kekacauan serta kerusakan di negerinya. “Tokoh subversif dan Pemberontak”. Sementara dirinya, yang telah menghabisi sekian banyak nyawa yang tak berdosa dan memperbudak serta memeras rakyatnya demi kantong pribadi, selalu menempatkan diri sebagai orang baik-baik.

Padahal Al-Qur’an dengan gamblang merinci berbagai dosa dan tindakan perusakan yang telah diperbuatnya. Beberapa kebejatan Fir’aun yang Al-Qur’an sebutkan:

نَتْلُو عَلَيْكَ مِنْ نَبَإِ مُوسَى وَفِرْعَوْنَ بِالْحَقِّ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِي الْأَرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا يَسْتَضْعِفُ طَائِفَةً مِنْهُمْ يُذَبِّحُ أَبْنَاءَهُمْ وَيَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ إِنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ

Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi’ dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka; menyembelih anak laki-laki dan membiarkan hidup anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir’aun termasuk orang yangberbuat kerusakan” (QS. Al-Qoshosh: 4).

Atau ketika Fir’aun mengungkit-ungkit jasanya di hadapan Nabi Musa as, Nabi Allah ini menjawab, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:

“Budi yang kamu limpahkan kepadaku ituadalah (disebabkan) kamu telah memper budak Bani Israil” (QS. Asy-Syu’ara: 22). Ayat di atas juga menunjukkan bahwa pejuang-pejuang kebatilan akan selalu tampil dengan propaganda “pemimpin kafir yang adil lebih baik daripada pemimpin muslim yang korupsi”atau `pembangunan negeri, penegak keadilan dan kesejahteraan’ serta serenceng gelar dan sebutan lain yang sebenamya bertolak belakang dengan aktifitasnya. Sesungguhnya kebodohan dan ketakutan rakyat dimanfaatkannya untuk kepentingan pelestarian kekuasaannya. Dan dari kisah di atas, sebelum datangnya Musa ‘Alaihissalam, sebagian besar rakyat Bani Israil memang dalam genggaman kekuasaan Fir’aun dan antek-anteknya.

Jangan Jadikan Orang Kafir Sebagai Orang Kepercayaan Dan Pemimpin.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, Maka Sesungguhnya orang itu Termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim” (QS. Al-Maidah: 51).

Jihad dengan Menasehati Penguasa yang Zhalim.

“Jihad yang paling utama ialah mengatakan kebenaran (berkata yang baik) di hadapan penguasa yang zhalim” (HR. Abu Daud no. 4344, Tirmidzi no. 2174, Ibnu Majah no. 4011. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Menasehati penguasa yang zhalim dengan berani mengatakan kebenaran termasuk jihad bahkan semulia-mulianya jihad. Namun dengan catatan di sini, menasehati mereka adalah dengan cara baik, bukan dengan mengumbar aib mereka di hadapan khalayak ramai.

Seutama-utamanya Jihad, Jihad Melawan Penguasa Zhalim.

Dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ

“Jihad yang paling utama ialah mengatakan kebenaran (berkata yang baik) di hadapan penguasa yang zhalim” (HR. Abu Daud no. 4344, Tirmidzi no. 2174, Ibnu Majah no. 4011. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Abu Daud Sulaiman bin Al Asy’ats As Sajistani membawakah hadits ini dalam kitab sunannya pada Bab “Al Amru wan Nahyu”, yaitu mengajak pada kebaikan dan melarang dari kemungkaran. Abu ‘Isa At Tirmidzi membawakan hadits di atas dalam Bab “Mengingkari kemungkaran dengan tangan, lisan atau hati”. Muhammad bin Yazid Ibnu Majah Al Qozwini membawakan hadits di atas dalam Bab “Memerintahkan pada kebaikan dan melarang dari kemungkaran.” Begitu pula Imam Nawawi dalam Riyadhus Sholihin membawakan hadits ini dalam Bab “Memerintahkan pada kebaikan dan melarang dari kemungkaran”, beliau sebutkan hadits ini pada urutan no. 194 dari kitab tersebut.

Beberapa faedah dari hadits di atas:

  1. Mengajak pada kebaikan dan melarang dari kemungkaran termasuk jihad.
  2. Menasehati pemimpin yang zhalim termasuk jihad.
  3. Jihad itu bertingkat-tingkat, ada yang lebih utama dari yang lain.
  4. Bolehnya berhadapan dengan pemimpin yang zhalim ketika ia berbuat zhalim dengan mengajaknya pada kebaikan dan melarangnya dari kemungkaran. Namun hendaknya ketika menasehati bersikap lemah lembut, bisa jadi ia mau menerima, bisa jadi ia menolak.

Mengatakan Kebenaran di Hadapan Penguasa Zhalim.

Berdakwah menyampaikan kebenaran di hadapan penguasa zhalim memang tidak mudah. Konsekwensi dari mulai dipenjara, disiksa maupun dibunuh adalah resiko yang harus diterima. Namun demikian Rasululullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, telah memberikan kabar gembira bagi mereka yang syahid di kalangan para da’i yang tetap tegas menyampaikan kebenaran di hadapan penguasa zhalim.

سَيِّدُ الشُّهَدَاءِ حَمْزَةُ بْنُ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ ، وَرَجُلٌ قَالَ إِلَى إِمَامٍ جَائِرٍ فَأَمَرَهُ وَنَهَاهُ فَقَتَلَهُ

“Penghulu para Syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthallib dan orang yang berdiri di hadapan penguasa zhalim lalu ia menyuruhnya dan melarangnya, lalu pemimpin  itu membunuhnya” (Hadits Shahih dalam Mustadrak ‘ala shahihain, imam Al Hakim no. 4884).

Ada yang mendukung perangai jelek penguasa. Setiap yang penguasa lakukan, dipuji dan dibela padahal yang dilakukan bisa jadi sejelek-jelek perbuatan zhalim. Yang melakukan seperti ini adalah para penjilat dan pengejar dunia.

Ada empat keadaan dalam menasehati penguasa:

  1. Berkata yang benar (kebaikan) di hadapan penguasa yang adil, maka itu amatlah mudah karena penguasa seperti ini lebih mudah menerima.
  2. Berkata yang tidak benar di hadapan penguasa yang adil, dalam rangka ingin menjilat penguasa atau karena urusan dunia, maka ini teramat bahaya. Penguasa tersebut bisa jadi tertipu dengan pujian tersebut.
  3. Berkata yang benar di hadapan penguasa yang zhalim, maka ini seafdhol-afdholnya jihad.
  4. Berkata yang tidak benar di hadapan penguasa yang zhalim, maka ini sejelek-jelek kemungkaran.

Pemimpin Muslim juga Mesti Dinasihati.

Tidak ada yang tidak membutuhkan nasihat, tidak terkecuali bagi para pemimpin. Dari Tamim Ad Dari Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

الدِّينُ النَّصِيحَةُ قُلْنَا لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ

“Agama adalah nasihat.” Kami berkata: “Untuk siapa?” Beliau bersabda: “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, Imam kaum muslimin, dan orang-orang kebanyakan.” (HR. Muslim, No. 55. Abu Daud, No. 4944).

Imam An Nawawi Rahimahullah mengomentari makna ‘nasihat untuk imam kaum muslimin’:

وَأَمَّا النَّصِيحَة لِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ فَمُعَاوَنَتهمْ عَلَى الْحَقّ ، وَطَاعَتُهُمْ فِيهِ ، وَأَمْرُهُمْ بِهِ ، وَتَنْبِيههمْ وَتَذْكِيرهمْ بِرِفْقٍ وَلُطْفٍ ، وَإِعْلَامهمْ بِمَا غَفَلُوا عَنْهُ وَلَمْ يَبْلُغهُمْ مِنْ حُقُوق الْمُسْلِمِينَ ، وَتَرْك الْخُرُوج عَلَيْهِمْ ، وَتَأَلُّف قُلُوب النَّاس لِطَاعَتِهِمْ

“Ada pun nasihat bagi para pemimpin kaum muslimin, adalah dengan menolong dan mentaati mereka di atas kebenaran, memerintahkan mereka dengannya, memperingatkan dan menegur mereka dengan santun dan lembut, memberitahu mereka apa-apa yang mereka lalaikan, dan hak-hak kaum muslimin yang belum mereka sampaikan, tidak keluar dari kepemimpinan mereka, menyatukan hati manusia dengan mentaati mereka.” (Syarh Shahih Muslim, 1/144/82. Mauqi’ Ruh Al Islam).

Kita memohon kepada Allah, moga kita termasuk di antara orang-orang yang selalu berkata yang benar secara lahir dan batin terhadap diri kita maupun orang lain. Dan semoga kita termasuk khoiru ummah Umat terbaik yang senantiasa melakukan amar ma’ruf nahi munkar bahkan berani menasehati penguasa yang zhalim. Hanya Allah yang memberi taufik.

 

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ

 

Wallahul muwaffiq.

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْعَصْرِ، إِنَّ الإِنسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ، إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

 

KHUTBAH KEDUA

 

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ.اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ.رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ.اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ

اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ.اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً.رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Lihat lebih banyak

Artikel terkait

Back to top button