Oleh: Ustadz Nofa Miftahudin, S.Th.I
Staff Tarbiyatun Nisa’ wal Aulad, Jamaah Ansharu Syariah Wilayah Jawa Timur
Segala puji bagi Allah, Rabb yang menciptakan wanita dengan kelembutan, keindahan, dan kemuliaan.
Dialah yang menurunkan aturan bukan untuk mengekang, tetapi untuk menjaga dan memuliakan.
Dialah yang Maha Cinta, dan seluruh perintah-Nya adalah surat cinta yang melindungi kehormatanmu, wahai Muslimah.
Renungilah dahulu sebelum Islam datang, tradisi jahiliyah yang merendahkan harga diri wanita seperti: Dikubur hidup-hidup bila lahir anak perempuan, wanita diwariskan seperti harta, tanpa kehormatan atau hak memilih pasangan. Tidak memiliki hak waris seluruh harta hanya untuk laki-laki. Diperjualbelikan atau dijadikan budak seks, tanpa nilai kemanusiaan. Nikah tanpa aturan: wanita bisa dinikahi berganti-ganti tanpa mahar dan tanpa wali. Tidak berhak bicara dalam urusan sosial atau keluarga suara dan pendapat wanita dianggap tak bernilai.
Namun setelah Islam datang, Islam mengangkat derajat wanita. Di antara buktinya adalah diharamkan pembunuhan bayi perempuan, dan ditegaskan bahwa anak perempuan adalah rahmat dan pintu surga. Diberi hak waris dan hak kepemilikan sendiri. Dihormati sebagai ibu, istri, dan anak. Dijaga kehormatannya dengan perintah menutup aurat dan larangan memandang wanita asing. Ditetapkan hak pendidikan dan ilmu. Bahkan diabadikan dengan nama surat di dalam Al Qur’an yaitu An Nisa’ (Perempuan).
Dan bukti kemuliaan wanita adalah Allah menyuruh wanita untuk menutup aurat, menutup aurat bukanlah beban, melainkan perlindungan dari pandangan yang menodai dan fitnah dunia yang menipu.
Allah menurunkannya sebagai tanda perhatian dan kasih-Nya kepada para wanita beriman. Firman Allah Ta’ala :
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Artinya:
“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan wanita-wanita mukmin agar mereka mengulurkan jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal (sebagai wanita terhormat) dan tidak diganggu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Azab [33] : 59).
Lihatlah betapa lembutnya kasih Allah. Dia ingin engkau dikenali karena kehormatanmu, bukan karena tubuhmu. Auratmu adalah rahasia keindahan yang hanya pantas diketahui oleh suami yang halal bagimu.
Mungkin ada yang beranggapan, seorang muslimah belum siap menutup aurat karena merasa masih banyak dosa, sehingga merasa belum pantas menutup aurat, menunggu dulu hatinya bersih, jauh dari maksiat sehingga baru siap menutup aurat. Ketahuilah bahwa anggapan ini adalah jebakan iblis untuk menipu muslimah dari ketaatan kepada Allah. Justru bila menutup aurat dengan mengharap ridha-Nya maka berarti sudah menutup peluang dosa karena mengumbar aurat. Karena hukum menutup aurat adalah wajib. Sehingga bila tidak dilaksanakan mendapat dosa.
Selain itu bila menutup aurat diniatkan untuk ikhtiyar memperbaiki diri maka semoga ini menjadi wasilah untuk mendapatkan ridha-Nya dan semoga ini menjadi sebab bahwa Allah Ta’ala menaikkan derajat kita di sisi-Nya.
Begitu pula Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam menyampaikan
الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ، فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ
Artinya:
“Wanita itu aurat. Jika ia keluar (tanpa menutup auratnya dengan benar), maka setan akan menghiasinya (untuk menjerumuskan manusia).” (HR. Tirmidzi, hasan shahih).
Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam menyebut wanita sebagai “aurat”, bukan untuk merendahkan, tapi untuk mengajarkan kehormatan. Aurat itu seperti mutiara tertutup rapat dalam cangkangnya agar tidak ternoda.
Maka ketika engkau berhijab, engkau sedang mengikuti cinta Rasul yang ingin engkau mulia di dunia dan akhirat.
Sebagai suami yang cinta terhadap istrinya tentu mereka akan memperhatikan pula keselamatan dunia dan akhiratnya, di antaranya memperhatikan dan memastikan istrinya senantiasa menjaga auratnya apabila di luar rumah. Nasehat indah dari sahabat mulia Umar bin Khattab berkata:
نِسَاؤُكُمْ عَوَارِي فَاحْفَظُوهُنَّ بِالْحِجَابِ وَالْغَيْرَةِ
Artinya:
“Istri-istri kalian adalah amanah yang penuh kehormatan, maka jagalah mereka dengan hijab dan rasa cemburu yang terpuji.”
Adapun aurat wanita adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Sehingga telapak kaki itu juga aurat. Oleh karena wajib ditutup bila di depan bukan mahram. Aplikasinya menutup telapak kaki dengan kaos kaki. Ini adalah perkara yang penting hendaknya patut diperhatikan. Sehingga aurat tersebut tertutup.
Kehormatan seorang wanita terletak rasa malunya kepada Allah Ta’ala. Apabila dia tidak menutup auratnya. Imam Ibn Qoyyim berkata
الحَيَاءُ مِنَ الإِيمَانِ، وَكَانَ الإِيمَانُ فِي قَلْبِ المَرْأَةِ كُلَّمَا زَادَ حَيَاؤُهَا زَادَ إِيمَانُهَا
Artinya:
“Rasa malu adalah bagian dari iman. Maka setiap kali rasa malu seorang wanita bertambah, bertambahlah imannya.”
Rasa malu itu bukan kelemahan. Ia adalah mahkota iman bagi wanita Muslimah.
Yang menutup aurat dengan penuh keyakinan, sejatinya sedang menjaga imannya dari pandangan manusia dan bisikan setan.
Wahai Muslimah, ketika engkau menutup auratmu, jangan pikir engkau sedang kehilangan kebebasan.
Sesungguhnya engkau sedang menyatakan cinta dan ketaatan kepada Rabb-mu.
Engkau memilih untuk menjadi mawar berduri indah namun terjaga. Firman Allah Ta’ala :
وَلِبَاسُ التَّقْوَىٰ ذَٰلِكَ خَيْرٌ
Artinya:
“Dan pakaian takwa itulah yang paling baik.” (QS. Al A’raf [7] : 26).
Hijabmu bukan sekadar kain, ia adalah simbol taqwa, bukti cinta, dan identitas keimanan.
Itulah pesan cinta dari Yang Maha Cinta, untukmu, wahai Muslimah…
Peliharalah auratmu, karena di balik kain yang menutup tubuhmu, tersimpan cahaya yang akan menerangimu menuju surga.